Badan Pangan Nasional Sebut Kenaikan Harga Beras Tak Bisa Dihindari, Ini Penyebabnya
JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras di dalam negeri naik tinggi. Salah satu penyebabnya naiknya harga pupuk.
"Jadi memang tidak bisa dihindari kenaikan harga beras ini. Yang pertama karena memang fertilizer atau pupuk naik, yang kedua memang biaya tanam, berikutnya lagi memang ada (biaya) distribusi yang naik karena BBM naik," kata dia di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/222).
Dia menuturkan, meski harga beras naik tapi permintaan tetap tinggi. Tercatat Bulog sudah mendistribusikan sebanyak 200.000 ton dari yang biasanya hanya 30.000 hingga 40.000 ton.
"Bulog yang biasanya Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) hanya 30 sampai 40.000 ton, bulan lalu sudah terdistribusi 200.000 ton. Berikutnya lagi tetap akan mensupport market pasar," ujar Arief.
Dia mengungkapkan, Bulog hari ini juga membeli beras di petani seharga Rp8.800 per kilogram (kg). Harga tersebut naik dari sebelumnya Rp8.300 per kg.
Adapun stok beras di Bulog saat sekitar 800.000 ton. Badan Pangan Nasional, Bulog, dan Kementerian Pertanian akan menyerap beras dari petani di Sulawesi Selatan.
"Stok Bulog hari ini sekitar 800.000 ton. Memang kita semua mungkin dalam minggu ini saya dan juga teman-teman dari Bulog dan juga teman-teman dari Kementerian Pertanian akan ke Sulawesi Selatan untuk menyerap," ucapnya.
Dia menegaskan, Badan Pangan Nasional akan berupaya memenuhi kebutuhan beras. Ini mengingat daya beli masyarakat yang tinggi.
"Jadi kita enggak diam. Kita akan serap dan kita harus top up stoknya sampai 1,2 juta ton. Jadi nanti berapa pun yang diminta, kita harus penuhi. Tadi (waktu kunjungan pasar) ada permintaan 3.000 ton dari teman-teman pedagang. Per minggu ini kita harus siapkan karena Jakarta ini berkontribusi 27 persen nasional," tutur Arief.
Editor: Jujuk Ernawati