Bahlil Tegaskan LG Bukan Mundur dari Investasi Baterai EV: Saya yang Batalkan
JAKARTA, iNews.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan perusahaan asal Korea Selatan (Korsel), LG bukan mundur dari proyek baterai kendaraan listrik. Dia menegaskan sebagai pihak yang membatalkan investasi LG karena dianggap berjalan terlalu lama.
“Yang benar itu adalah saya sebagai ketua satgas waktu itu, kemudian memutuskan untuk membatalkan apa yang dilakukan oleh LG karena terlalu lama,” kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Dia menepis informasi yang menyatakan LG mundur dari investasi baterai EV di Indonesia.
“Informasi yang menyatakan seolah-olah LG keluar, saya ingin mengatakan bahwa itu enggak benar,” ujar dia.
Menurutnya, pemerintah menggelar rapat untuk memutuskan pengganti LG setelah pihak Indonesia membatalkan investasi. Dari hasil rapat itu, lanjut dia, akhirnya diputuskan menggandeng perusahaan asal China, Huayou, untuk berinvestasi di bidang baterai EV.
“Lalu kemudian saya sama Pak Rosan, bersama-sama rapat dengan Pak Erick untuk kita mencari penggantinya yaitu Huayou. Ini informasinya yang clear,” ungkapnya.
Di sisi lain, Bahlil menjelaskan, nilai investasi yang akan diambil alih Huayou dari LG sekitar 8 miliar dolar AS.
“Mulai sebagian dari hulu ke hilir sampai baterai Shell 20 giga, itu Alhamdulillah sudah diputuskan oleh Bapak Presiden dan atas arahan Bapak Presiden sekarang sudah dilakukan konsorsium Huayou. Dan ini, ngga ada masalah lagi. Ini sudah siap dilakukan groundbreaking,” jelas dia.
Sebelumnya, konsorsium Korsel yang dipimpin oleh LG mundur dari proyek senilai sekitar 11 triliun won atau 7,7 miliar dolar AS (Rp129 triliun) untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
Konsorsium yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp dan mitra lainnya sebelumnya telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan BUMN untuk membangun rantai pasok proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia yang mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katoda dan pembuatan sel baterai.
Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai EV. Sumber yang mengetahui kabar ini mengatakan konsorsium tersebut telah memutuskan untuk mundur proyek tersebut setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia. Hal ini karena adanya pergeseran dalam lanskap industri, khususnya yang disebut jurang EV, yang merujuk pada pelambatan sementara atau puncak permintaan kendaraan listrik global.
Editor: Rizky Agustian