Berharap Lebaran Jadi Peak Season, Bisnis Penerbangan Tersandung Larangan Mudik
JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Denon Prawiraatmadja, mengatakan larangan mudik sangat mengganggu kinerja industri penerbangan.
Pasalnya, saat mudik lebaran merupakan puncak atau peak season dari angkutan udara, karena banyak orang yang menggunakan transportasi atau angkutan udara untuk pergi ke kampung halamannya.
Apalagi banyak kalangan yang memperkirakan bisnis penerbangan akan mengalami peningkatan saat libur lebaran tahun ini, seiring dengan semakin berkurangnya kasus Covid-19.
"Sangat terganggu. Kita berharap lebaran itu bisa menjadi peak season, tapi ada larangan mudik," ujar Denon kepada media, Minggu (25/4/2021)
Meski demikian, Denon mengatakan, para pelaku industri penerbangan akan mendukung kebijakan larangan mudik dan pembatasan operasional transportasi pada periode 6-17 Mei 2021.
Menurut Denon, larangan mudik tentu berpengaruh pada jumlah layanan penerbangan. Namun, dia menyakini dampaknya tidak terlalu signifikan. Pasalnya, saat ini penerbangan hanya melayani sekitar 2 hingga 3 juta penumpang saja setiap bulannya.
"Nah sekarang ini kisaranya di 2-3 juta penumpang per bulan. Jadi pada saat larangan mudik, drop-nya tidak terlalu jauh," ucap Denon.
Hal ini, lanjutnya, berbeda dengan posisi pada awal pandemi covid-19 datang atau masuk ke Indonesia. Denon menjelaskan posisi penumpang pada Maret, April, Mei 2020 dari rata-rata 8 juta penumpang per bulan.
Kemudian pada Juni 2020, mendadak penumpang anjlok hingga menjadi hanya sekitar ratusan ribu saja. Kemudian bulan selanjutnya yakni Juli hingga November kembali naik menjadi 2 hingga 3 juta penumpang per bulan.
"Yang terdalam itu Maret-April 2020 karena dari 8 juta lebih penumpang menjadi sekitar juni itu sekitar ratusan ribu. Juli, Agustus, September, oktober, november 2-3 juta penumpang per bulan. Terdalam itu Maret-April-Mei-Juni," tutur Denon.
Editor: Jeanny Aipassa