Bertahan di Bisnis Musiman, Simak 5 Tips Penting Ini
JAKARTA, iNews.id - Banyaknya kuliner-kuliner menarik di masa kini menjadi jenis usaha yang dicoba generasi milenial. Pasalnya, usaha kuliner kecil-kecilan dapat dimulai di dalam rumah sehingga hanya memerlukan modal yang sedikit.
Namun, meski usaha kuliner kekinian tengah menjamur justru membuat kegairahan usaha tersebut hanya berlangsung sebentar saja. Sebab, konsumen sangat mudah bosan sehingga begitu ada tren kuliner baru akan mudah berpaling.
Contohnya saja pada beberapa waktu lalu marak cappuccino cincau kemudian beganti menjadi teh dari Thailand yang berwarna orange. Kedua jenis kuliner tersebut perlahan ditinggalkan berganti dengan es kepal milo yang kini tengah digandrungi para muda-mudi hingga orang tua.
Meski masih saja ada konsumen yang menyukai kuliner tersebut tapi tingkat konsumsinya sudah tidak sebesar ketika awal kemunculannya. Hal ini terlihat dari banyaknya usaha-usaha tersebut yang menutup usahanya begitu saja.
Kendati demikian, bagi para pengusaha muda yang ingin memulai bisnis dengan kuliner musiman tersebut, jangan takut mencoba. Berikut beberapa tips agar bisnis musiman menjadi pijakan awal untuk berwirausaha ke level selanjutnya versi Konsultan Keuangan Senior, Aidil Akbar:
1. Kenali Durasi Ketahanan Bisnis
Sebelum terjun ke bisnis musiman, wajib mengetahui bahwa keberlangsungan bisnis ini tidak akan berlangsung lama. Menurut Aidil, bisnis sejenis ini biasanya hanya bertahan selama enam bulan hingga dua tahun.
"Dia harus tahu kalau bisnisnya bisa tahan sampai enam bulan sampai dua tahun. Di saat itulah mereka bisa belajar, bagaimana cara berbisnis karena bisnis itu tidak ada yang langsung jalan dan langsung jadi," ujarnya saat dihubungi iNews.id, Minggu (19/8/2018).
2. Kontrol Pengeluaran
Selama bisnis berlangsung, sangat penting mengontrol pengeluaran agar tidak merugi ketika bisnis berakhir. Jika sudah tidak memungkinkan untuk mengantongi keuntungan, paling tidak modal yang dikeluarkan harus kembali saat bisnis berakhir agar untuk modal bisnis selanjutnya.
"Jadi kalau dua tahun (bisnis) mati pastikan dalam hitungan bisnis dalam dua tahun mereka sudah balik modal," kata dia.
3. Pelajari Kesalahan yang Dilakukan
Dalam rentang waktu yang tak lama tersebut, pelajari juga apa saja yang membuat bisnis tidak bertahan lama. Apakah faktor lokasi yang tidak strategis, cara promosi yang salah, penetapan harga, hingga pengemasan produk yang dijajakan.
"Apa yang saya pelajari? Oh ternyata kalau seperti ini social medianya tidak jalan. Kalau seperti ini dikasih benefit seperti ini orang tidak mau makan. Kalau harga diturunin penjualan naik. Nah, itu mereka harus belajar dari situ. Pemilihan tempat, produk yang dijual juga harus menarik packaging-nya," ucapnya.
4. Minta Dukungan Dari Orang Sekitar
Dukungan dari orang-orang terdekat akan sangat berguna bagi pebisnis pemula. Pasalnya, masih saja ada orang yang berpikir memulai usaha sangat sulit karena memiliki risiko yang besar.
Padahal dengan keinginan generasi muda memulai bisnisnya sendiri merupakan hal yang sangat baik. Pebisnis yang mulai diasah kemampuan bisnisnya sedari muda justru akan memiliki lebih banyak pengalaman.
"Harus di-support, makanya jangan dimatikan (niatnya) sebelum mereka memulai bisnis. Biarkan saja mereka cobain dulu dari situ mereka coba sekali dua kali gagal baru kemudian mereka buat brand yang benar-benar untuk mereka jalankan," ujar dia.
Jangan Mudah Menyerah
Dalam berbisnis, menurutnya, pasti akan menemui kegagalan sebelum bisnis berhasil. Pasalnya, pebisnis akan menjadi andal melalui setiap pengalaman gagalnya tersebut. "Harus di-support bagaimana supaya mereka tidak mudah putus asa bahwa gagal dalam bisnis itu biasa. Jadi kalau gagal ya coba lagi," ucapnya.
Selama melalui kegagalan demi kegagalan, pebisnis akan menemui model bisnis yang cocok baginya. Sebab, dalam sebuah bisnis diperlukan gebrakan yang berbeda dari yang lain agar menjadi berhasil. "Jangan dari awal berpikir bisnis harus jadi, belum tentu. Karena pasti ada tahapan-tahapannya sampai akhirnya dia ketemu bisnis modelnya. Setiap orang akan mempunyai bisnis model yang beda-beda," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk