Bisnis Ritel Merugi, Gap Tutup Semua Toko di Inggris hingga Italia
LONDON, iNews.id - Perusahaan ritel pakaian asal Amerika Serikat (AS), Gap akan menutup semua tokonya di Inggris, dipicu oleh kerugian akibat pandemi Covid-19. Hal itu membuat ribuan karyawan terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Tak hanya menutup operasi di Inggris sebagai pusat distribusi Eropa, Gap juga akan menutup semua toko-tokonya di Prancis, Irlandia hingga Italia pada pertengahan 2021. Covid-19 terbukti membuat penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir semakin buruk.
Gap melaporkan kerugian hingga 740 juta pound (Rp14 triliun) pada periode awal tahun hingga Mei. Setelah berhenti beroperasi nanti, perusahaan berencana akan ke bisnis waralaba. Gap tercatat memiliki 129 toko di Eropa pada akhir Juli, dan sekitar 400 toko waralaba.
"Dalam rencana ke depan, kami menyusun pengalihan bisnis kepada pihak ketiga, sebagai bagian dari perluasan model kemitraan yang diusulkan untuk menyelamatkan penjualan," kata CEO Gap, Mark Breitbard dikutip dari BBC, Minggu (25/10/2020).
Juru bicara Gap mengatakan, perusahaan juga berniat mengoperasikan bisnis e-commerce di Eropa. Sebelum pandemi corona, Gap telah kehilangan banyak pembeli terutama kalangan muda, di tengah semakin maraknya merek fashion yang lebih murah seperti Zara, H&M, dan Forever 21.
Sebelumnya, pada awal 2020 Gap telah berencana untuk menutup lebih dari 225 toko dan sebagian operasi anak usahanya Banana Republic yang terus merugi. Selama penutupan toko sementara akibat lockdown, perusahaan berupaya menyiasati perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih berbelanja online.
Editor: Ranto Rajagukguk