Bos Evergrande Hui Ka Yan Diawasi Ketat Polisi China
HONG KONG, iNews.id - Pimpinan China Evergrande Group, Hui Ka Yan berada di bawah pengawasan polisi, menurut laporan Bloomberg News. Hal ini meningkatkan keraguan tentang masa depan pengembang tersebut karena tengah bergulat dengan meningkatnya prospek likuidasi.
Mengutip Reuters, Hui Ka Yan sudah dibawa pergi oleh polisi sejak awal bulan dan diawasi secara ketat di sebuah lokasi yang telah ditentukan, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
Tidak jelas mengapa Hui ditempatkan di bawah pengawasan perumahan. Adapun, tindakan tersebut merupakan jenis tindakan yang tidak termasuk dalam penahanan atau penangkapan formal dan tidak berarti Hui akan didakwa melakukan kejahatan.
Tindakan yang dilaporkan terhadap Hui terjadi setelah polisi di China Selatan mengatakan pada awal bulan ini bahwa mereka telah menahan beberapa staf di unit pengelolaan kekayaan Evergrande, yang mengumpulkan dana dari investor individu dengan menjual produk investasi.
Pernah menjadi pengembang terlaris di China, krisis keuangan yang menghantui Evergrande diketahui publik pada tahun 2021 dan sejak itu Evergrande dan sejumlah perusahaan sejenisnya mengalami gagal bayar kewajiban utang luar negeri mereka di tengah melambatnya penjualan rumah dan berkurangnya peluang baru untuk penggalangan dana.
Selain itu, rencana restrukturisasi utang luar negeri Evergrande, yang merupakan kunci kelangsungan hidup perusahaan di tengah krisis uang tunai, tampaknya akan gagal dan prospek likuidasi perusahaan tersebut semakin mendapatkan momentum.
"Perusahaan sangat mungkin gagal dalam restrukturisasi utang, dan dengan ekuitas negatif, Evergrande dapat mengalami kebangkrutan, yang mencakup reorganisasi kebangkrutan dan likuidasi kebangkrutan,” ujar Analis UOB Kay Hian dalam sebuah catatan dikutip, Rabu (27/9/2023).
Reuters melaporkan pada hari Selasa bahwa kelompok kreditur luar negeri utama Evergrande berencana untuk bergabung dengan petisi pengadilan likuidasi yang diajukan terhadap pengembang jika mereka tidak mengajukan rencana perombakan utang baru pada akhir Oktober.
Rencana tersebut muncul setelah perusahaan mengumumkan bahwa mereka tidak dapat menerbitkan obligasi baru sebagai bagian dari rencana restrukturisasi utang karena adanya penyelidikan peraturan terhadap unit utamanya di China, Hengda Real Estate.
Hengda, dalam pengajuan terpisah pada hari Senin, mengatakan bahwa pihaknya telah gagal membayar pokok dan bunga obligasi sebesar 4 miliar yuan yang jatuh tempo pada batas waktu 25 September.
Editor: Aditya Pratama