Buka Usaha Lele Santan, Pria Ini Bisa Raup Omzet Rp15 Juta per Hari
JAKARTA, iNews.id - Sempat menjadi staf di salah satu kementerian, Adimas Hasnan memutuskan untuk melanjutkan bisnis keluarga yang sebelumnya sempat ditinggalkan, yaitu Lele Santan. Pria asal Tulungagung, Jawa Timur ini memang bertekad untuk merantau ke ibu kota demi mengumpulkan modal.
Pekerjaannya di salah satu kementerian pun memberikan Adimas banyak kesempatan untuk pergi ke seluruh wilayah di Indonesia untuk mempertajam lidahnya dalam bidang kuliner. Melalui bisnis Lele Santan tersebut, Adimas bisa meraup omzet hingga Rp15 juta per hari.
Selain karena pengalaman dan modal yang dirasa sudah cukup, keinginannya untuk kembali ke kampung halaman semakin bulat ketika dia melihat bisnis miliknya, Warung Kebunsari mulai mengalami penurunan.

Bahkan, Adimas sempat tidak mengetahui karena usahanya yang sudah tampak seperti tidak diurus dengan baik. Akhirnya, dia melakukan renovasi ulang dan mengembangkan bisnisnya, salah satu menu andalan bisnisnya adalah Lele Santan khas Tulungagung.
“Sebenarnya Lele Santan adalah makanan khas Tulungagung. Tapi banyak masyarakat yang belum tau. Makanya itu adalah cita-cita saya untuk menjadikan makanan ini berada di top of mind masyarakat Tulungagung,” ujar Adimas dikutip dari Youtube PecahTelur, Minggu (14/5/2023).
Perjuangannya untuk mendapatkan omzet hingga Rp15 juta per hari tentu tidak mudah. Pada awal pembukaan, bisnisnya tidak dilirik oleh masyarakat. Dia pun memutuskan untuk mempromosikan Warung Kebunsari ke media-media lokal.
Setelah itu, pelanggannya melonjak drastis. Bisnisnya yang saat itu belum memiliki sistem yang mumpuni dan hanya dengan lima karyawan pun kelabakan dalam menerima lonjakan tersebut.
Adimas mengaku menerima banyak kritik karena pihaknya lamban dalam menyediakan pesanan pada saat itu. Apalagi, mereka belum menerapkan sistem nomor di meja yang menyebabkan pelayan kewalahan dalam mengingat pengunjung yang memesan jenis makanan tertentu. Pihaknya pun berbenah setelah lonjakan tersebut.
“Akhirnya kami mengunjungi tempat makan yang memiliki sistem pelayanan bagus. Kami melihat bagaimana mereka menerima dan menyediakan order, bagaimana menyambut tamu atau menggunakan terima kasih. Kami mulai belajar,” tuturnya.
Usahanya pun cukup digemari oleh masyarakat sekitar. Ketika ramai, bisnisnya bisa meraup omzet sekitar Rp8 juta hingga Rp15 juta. Tapi tentu tidak menutup kemungkinan ada waktu dimana bisnisnya sepi, Adimas mengatakan omzetnya saat sepi berkisar Rp500.000 hingga Rp600.000.
“Tapi gapapa, ada waktunya istirahat karena pegawai pasti kasian kalau dipaksa bekerja ketika ramai terus. Jadi kami tetap bersyukur,” ucapnya.
Editor: Aditya Pratama