Buwas Beri Penjelasan soal Beras Bansos Berkerikil
JAKARTA, iNews.id - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas memberikan penjelasan terhadap keluhan sejumlah warga yang mendapat beras bantuan sosial (bansos) berkerikil. Menurutnya, beras yang bercampur dengan kerikil hanya terjadi di beberapa karung beras saja.
Dia menyatakan, tak semua beras mengalami permasalahan serupa. Buwas juga menuturkan, kerikil di beras bansos itu hanya berukuran kecil.
“Batu kecil saja dimasalahkan. Ngapain juga Bulog kasih batu? Batunya kan bukan yang 50 persen isinya batu,” kata Buwas saat konferensi pers di Kawasan Gedung Bulog, Kamis (12/8/2021).
Manajemen menegaskan tidak ada kesalahan dengan beras bansos yang diterima sejumlah keluarga penerima manfaat (KPM) itu. Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan adanya temuan beras di beberapa wilayah yang menggumpal akibat cipratan air saat proses pendistribusian.
Buwas menuturkan, meski beras yang disalurkan jenis cadangan beras pemerintah (CBP) dengan kualitas medium, namun beras tersebut tetap dijamin untuk dikonsumsi. Bahkan, Bulog menjamin tidak ada telur dan kutu yang bercampur dengan butiran beras.
"Jangan dibilang itu ada kutu, ya, telurnya saja enggak mungkin. Ini supaya paham teman-teman," ucapnya.
Dari segi produksi beras, BUMN sektor pangan itu memiliki sistem rice to rice yang digunakan untuk mengontrol beras sebelum dikeluarkan dari gudang. Sistem tersebut menjadi standar awal perusahaan untuk mengawasi kualitas beras.
Sementara di sisi distribusi, Bulog juga memiliki sistem pengawasan yang ketat untuk menjaga kualitas pangan dasar agar tetap layak dikonsumsi. Begitu juga sistem kontrol penyaluran milik PT Pos Indonesia dan DNR Corporation yang dipercaya pemerintah sebagai agen distribusi beras PPKM.
"Jadi tidak mungkin salah, kemudian juga dengan DNR mempunyai sistem pencatatan, penerimaan, semuanya termasuk Bulog itu ada sistem pengawasan. Kalau dalam produknya ada kualiti kontrol. Standar, Bulog bilamana mengeluarkan beras CBP tidak begitu saja dikeluarkan karena harus melalui proses rice to rice, minimal," tutur Buwas.
Editor: Jujuk Ernawati