Cara Richard Branson Manjakan Pegawai Virgin Group
LONDON, iNews.id – Miliarder asal Inggris, Richard Branson selama ini dinilai sebagai pebisnis yang visioner namun nyentrik. Tak hanya itu, dia juga dikenal mempunyai empati yang tinggi kepada orang lain, termasuk para pegawai di perusahaannya, Virgin Group.
Saat diwawancarai New York Times bersama anak perempuan sulungnya, Holly Bronson belum lama ini, Richard mengkritisi perlakuan perusahaan di AS terhadap pegawainya.
“Di Amerika, cara orang-orang diperlakukan oleh perusahaan sangat kejam. Jatah liburan (setahun) hanya dua atau tiga minggu, jam kerja tidak fleksibel, tidak ada seorangpun yang boleh bekerja dari rumah. Jatah berlibur itu sangat mengerikan. Di Virgin, Holly telah memperbaikinya,” kata pria yang gemar berlibur ke pantai itu.
Menanggapi hal tersebut, Holly mengatakan, dia telah mempelajari bagaimana ayahnya membangun sebuah bisnis.
“Ayah selalu mengizinkan orang-orang untuk bekerja dimanapun yang mereka inginkan. Selama pekerjaan Anda beres, tidak masalah bekerja dari mana. Dan ayah telah membuktikan bahwa dia bisa membangun bisnis seperti layaknya rumah bagi karyawan,” katanya.
Holly mempelajari cara ayahnya berbisnis selama 10 tahun terakhir. Di Inggris, kata Holly, Virgin membuat gebrakan dengan kebijakan bebas cuti (unlimited leave): pegawai bisa mengambil cuti kapanpun. Dia mengatakan, butuh 1,5 tahun untuk membuatnya menjadi legal di Inggris.
“Kami hanya ingin memberikan waktu lebih banyak bagi orang-orang untuk berlibur. Sekarang kami telah menerapkannya, dan orang-orang tidak akan kabur. Mereka justru merasa dihargai dan dihormati,” ucap Holly.
Richard pun menimpali pernyataan putrinya. “Ya, jika mereka memiliki acara pernikahan, atau acara ulang tahun, mereka tidak perlu meminta izin. Mereka bisa libur. Begitu seharusnya Anda memperlakukan anak Anda dan begitu cara Anda memperlakukan orang-orang yang bekerja dengan Anda,” katanya.
Namun, Richard mengakui hal tersebut tidak berlaku untuk pekerjaan yang memang butuh presensi seperti pilot atau petugas kabin. Namun, kata dia, bukan berarti mereka tidak mendapat perlakuan yang sama.
“Ide bahwa Anda bisa libur selama dua bulan di Bali, dan dibayar, dan memiliki liburan istimewa tanpa harus merasa tidak enak, Anda akan mencintai perusahaan yang melakukan itu,” ucapnya.
Menurut Richard, menjalankan bisnis harus memiliki visi untuk mengatasi masalah nasional, bahkan global. Hal tersebut perlu dilakukan dalam tingkatan terkecil terlebih dahulu.
“Jika setiap bisnis di dunia berusaha menyelesaikan masalah global, lalu berpikir menyelesaikan masalah nasional, dan berpikir masalah lokal, kemudian kita bisa menyelesaikan seluruh masalah yang ada di dunia,” kata pria yang memiliki kekayaan lebih dari Rp70 triliun itu.
Lalu bagaimana kepemimpinan yang ideal menurut Richard dan Holly? Richard mengatakan, pemimpin yang baik yaitu mereka yang melihat potensi terbaik dari orang-orang. Cara itu, kata Richard, seperti orang yang menanam pohon: perbanyak memuji, kurangi memaki.
“Pendengar yang baik. Pastikan Anda mendengarkan setiap orang dalam perusahaan dengan baik, dan juga pelanggan Anda,” ucap Holly.
Editor: Rahmat Fiansyah