Carsurin Bidik 3 Sektor Prioritas Pemerintah untuk Bisnis Berkelanjutan
JAKARTA, iNews.id - PT Carsurin Tbk (CRSN) membidik 3 sektor prioritas pemerintah untuk pengembangan bisnis berkelanjutan di masa depan. Ketiga sektor prioritas yang dibidik Carsurin adalah ekonomi hijau, ekonomi biru, dan transisi energi.
Dengan demikian, Carsurin yang bergerak di jasa Inspeksi, Pengujian, dan Sertifikasi atau Testing, Inspection, and Certification (TIC), akan fokus mendukung pemerintah di sektor ekonomi hijau, ekonomi biru, dan transisi energi.
Menurut Research & Development Advisor CRSN, Harold Loevy, lewat pengembangan bisnis tersebut, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp507 miliar pada 2024, naik dari target tahun 2023 yang sebesar Rp430,05 miliar.
Target tersebut sejalan dengan prospek bisnis TIC yang diprediksi cerah di masa mendatang, dan telah mengalami tren positif dan pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu, terlihat dari meningkatnya permintaan TIC untuk produk dan layanan berkualitas tinggi.
Harold Loevy menyampaikan, saat ini Carsurin telah memiliki 8 lini usaha, yaitu mineral dan logam, energi, sertifikasi sistem dan produk, infrastruktur, transformasi digital, lingkungan dan keberlanjutan, pangan dan pertanian, serta kelautan, lepas pantai dan asuransi.
“Meskipun di tengah tantangan dan dinamika pasar yang menantang, dedikasi tim kami telah berhasil menavigasi Carsurin menuju pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Harold dalam paparan publik di Hotel Pullman Jakarta pada Kamis (16/11/2023).
Harold menjelaskan, deretan peluang ekonomi hijau yang telah ditangkap Carsurin seperti environmental testing serta jasa-jasa terkait dengan gas rumah kaca dan perdagangan karbon. Selain itu, terdapat peluang di rantai pasok dan ekosistem kendaraan listrik.
"Kita bisa masuk untuk testing dan sertifikasi baterai kendaraan listrik, karena Carsurin sudah meraih sertifikasi internasional," ungkap Harold
Selanjutnya, untuk sektor ekonomi biru, terdapat peluang dari bisnis marine infrastructure, transportasi maritim, dan dangerous goods. Sedangkan, untuk transisi energi, perseroan telah menerapkan energy efficiency audit, UAV digital transformation, dan layanan terkait dengan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti biofuel, cangkang sawit (PKS) dan biomassa berkelanjutan (GGL).
“Dengan demikian, seiring dengan berkembangnya bisnis, perseroan dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian Indonesia di masa depan,” ujar Harold.
Per September 2023 perseroan mengantongi pendapatan sebesar Rp312,95 miliar, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp248,85 miliar. Pendapatan pada periode ini diperoleh dari sejumlah lini usaha yang meliputi jasa inspection, testing, certification, consulting, dan product sales.
Lebih lanjut, per September 2023, perseroan mencatatkan pertumbuhan dari sisi aset. Di mana, aset lancar perseroan mencapai Rp134,02 miliar, naik dari akhir 2022 yang sebesar Rp85,33 miliar. Sementara itu, dari sisi aset tidak lancar juga mencatatkan pertumbuhan menjadi Rp119,70 miliar dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp84,76 miliar.
Editor: Jeanny Aipassa