Cerita Kartini Masa Kini Bekerja di Sektor Energi yang Didominasi Laki-laki
JAKARTA, iNews.id - Semangat perjuangan dari R.A Kartini masih terasa sampai saat ini. Bahkan, karena perjuanganya, kini perempuan tidak perlu lagi merasa terkekang atau merasa terintimidasi dengan pekerjaan-pekerjaan selama ini masih didominasi kaum Adam, seperti di industri energi.
Direktur Utama Gagas Energi Indonesia Muhammad Hardiansyah mengatakan, semangat Kartini yang dapat berkarya dengan segala keterbatasan yang dihadapi oleh perempuan pada saat itu sangat menginspirasi. Hal ini terlihat dari jumlah pekerja perempuan yang terus bertambah.
Salah satunya, pekerja perempuan di PT Gagas Energi Indonesia (Gagas). Perusahaan yang merupakan bagian subholding gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) itu 32 persen dari total pekerjanya merupakan perempuan.
“Walaupun saat ini pekerja perempuan Gagas masih 32 persen dari total pekerja yang ada, tetapi kesempatan berkarier dan berkembang di sini sama, bahkan empat dari delapan posisi Vice President (VP) di Gagas saat ini dijabat oleh pekerja perempuan," ujar Muhammad Hardiansyah dalam keterangannya, Rabu (21/4/2021).
Selain itu, dia juga sangat mengapresiasi pekerja perempuan terlebih di kondisi pandemi saat ini. Sebab, selain bekerja dengan segala keterbatasan dan protokol kesehatan yang harus dipatuhi di lapangan, mereka juga memiliki kewajiban untuk tetap menjaga keluarga di rumah.
Salah satu contoh srikandi di sektor energi, yakni Masnila Trisna atau yang biasa disapa Awi. Dia menjabat sebagai Area Head Jakarta I PT Gagas Energi Indonesia.
Sudah hampir 5 tahun ini, Awi yang sekaligus penanggung jawab SPBG Ketapang, mengoperasikan satu dari 12 SPBG yang dikelola oleh Gagas. Tidak hanya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pengguna Gasku, Awi juga harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan energi gas bumi bagi pelanggan di sektor komersial dan industri wilayah Jakarta Barat hingga Tangerang melalui Gaslink.
Bukan hal mudah untuk dapat mengoperasikan SPBG dan tetap melayani kebutuhan pelanggan baik pelanggan transportasi, industri maupun komersial. Apalagi di industri minyak dan gas yang saat ini masih didominasi oleh laki-laki.
Bagaimana SPBG dapat beroperasi, kendala teknis dan operasional yang mungkin dihadapi, permasalahan sosial di lapangan hingga aspek komersial harus dikuasi oleh ibu muda berusia 30 tahun ini. Selain itu, bagaimana memposisikan diri sebagai leader sekaligus teman bagi para anggota tim juga menjadi concern utama.
“Walaupun jadi lupa rasanya pakai high heels karena selalu di lapangan, tetapi ada kebanggaan tersendiri melihat saya dan tim bisa menyalurkan energi baik untuk para pelanggan,” ucapnya.
Selain Awi, di SPBG paling timur juga dinahkodai oleh seorang srikandi. Adalah Miranti Dyah Pramesti atau Miranti yang berada di balik SPBG Ngagel, Surabaya.
Miranti memimpin 20 orang pekerja di SPBG Ngagel dan bersama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan energi gas bumi untuk pelanggan Gagas di wilayah Surabaya, Gresik, Lamongan hingga Tuban.
Menurut Miranti, menjadi seorang ibu dan wanita karier, memang cukup menantang. Terlebih bekerja di lapangan yang didominasi oleh laki-laki dan berkecimpung di dunia teknik yang awalnya cukup asing.
“Tetapi seperti kata-kata Kartini yang menginspirasi saya, aku mau itu membuat kita mudah mendaki puncak gunung, dan aku tidak bisa itu melenyapkan rasa berani. Itulah yang membuat saya yakin mau dan bisa untuk terus berkarier di sini tanpa melupakan kewajiban sebagai seorang ibu,” tuturnya.
Editor: Jujuk Ernawati