Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

China Bersiap Buka Kembali Kawasan Industri di Shanghai, Harga Minyak Naik

Selasa, 19 April 2022 - 13:40:00 WIB
China Bersiap Buka Kembali Kawasan Industri di Shanghai, Harga Minyak Naik
China bersiap buka kembali kawasan industri di Shanghai, harga minyak naik. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

SHANGHAI, iNews.id - Harga minyak mentah melanjutkan kenaikan pada perdagangan siang hari ini. Hal tersebut dipicu China yang bersiap membuka kembali kawasan industrinya setelah lockdown akibat Covid-19. 

Berdasarkan data bursa Intercontinental Exchange (ICE) Selasa (19/4/2022) hingga pukul 12.25 WIB, harga minyak Brent Juni 2022 naik 0,13 persen menjadi 113,31 dolar AS per barel. Sedangkan minyak Brent Juli 2022 menguat 0,01% di USD111,95 per barel.

West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) terkoreksi 0,11 persen menajdi 108,09 dolar AS per barel, setelah sempat menguat di 108,54 dolar AS pada sesi pagi. Sementara WTI Juni 2022 turun 0,12 persen menjadi 107,48 dolar AS per barel.

Kenaikan harga minyak hari ini karena sentimen pembukaan kawasan industri di Shanghai, China setelah sempat ditutup menyusul lockdown Covid-19. Hal itu mengurangi kekhawatiran terhadap permintaan, sekaligus melecut produksi minyak dunia, mengingat Beijing merupakan salah satu importir besar komoditas tersebut.

Kendati demikian, kenaikan harga minyak dinilai masih terbatas karena pembatasan mobilitas masih berlangsung di sejumlah wilayah.

"Agar kenaikan harga minyak bisa sustain, pembukaan kembali kota-kota di China diperlukan sebagai rebound ekonomi yang mendukung permintaan minyak," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir Reuters, Selasa (19/4/2022).

Selain dari negeri Tirai Bambu, sentimen harga juga datang dari krisis politik yang terjadi di sebuah negara produsen minyak di Afrika, Libya. Negara itu dikabarkan kesulitan untuk mengirimkan minyak dari ladang terbesar mereka akibat protes politik.

"Penutupan industri minyak di Libya memperdalam kekhawatiran atas pasokan global yang ketat, ditambah krisis Ukraina yang berlarut-larut, mengimbangi kekhawatiran atas melambatnya permintaan China," ujar Direktur Konsultan Energi Kedia Commodities, Ajay Kedia.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut