Ciputra Development Siapkan Belanja Modal Rp1,5 Triliun Tahun Ini
JAKARTA, iNews.id - PT Ciputra Development Tbk mematok anggaran belanja modal tahun ini sebanyak Rp1,5 triliun sama seperti tahun lalu. Belanja modal tersebut rencananya akan digunakan untuk membeli tanah dan setengahnya lagi pembangunan beberapa proyek seperti mall dan rumah sakit
"Rp1,5 triliun kebanyakan buat tanah 50 persen. 50 persen lagi kita membangun mall di Citra Raya dan ekstension di Surabaya, kemudian membangun rumah sakit di Surabaya juga," kata Corporate Secretary, Tulus Santoso di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (25/1/2018).
Saat ini, pihaknya masih memiliki cadangan tanah yang belum digarap seluas 1.300 hektare (Ha). Sebab, biasanya jika menjual tanah maka akan membeli dengan luas yang sama.
"Biasanya kita menambah tanah sesuai dengan yang dijual. Tahun lalu kita jual 100 Ha jadi belinya 100 Ha. Kita maintain stock,"
Di tahun ini pendanaan bersumber pada kas internal perusahaan meski bunga perbankan turun dan likuiditasnya cukup agresif. "Cukup dari internal. Biasanya kita internal dan eksternal 50:50, eksternal dari bank. Perbankan juga sekarang cukup likuid agresif dan bunga turun," tuturnya.
Dalam sektor properti, ia menargetkan tidak banyak berbeda dari tahun sebelumnya karena meski secara fundamental daya dukung sudah mencukupi, namun pasar masih berbasis end user dan investor yang masih menunggu selama masa Pemilu.
"Misalnya Bank Indonesia sekarang membatasi KPR sampai yang kedua atau inden. Sebelumnya bisa lebih dari dua, mungkin bisa dibuka sampai 2-3. Investment juga masih belum, mungkin investor Indonesia masih menunggu setelah election. Mungkin setelah election baru lebih tinggi," kata dia.
Kemudian ia menargetkan laba tahun ini akan tumbuh di kisaran 15-20 persen. Namun laba tersebut merupakan peralihan laba dari tahun sebelumnya. "Itu lebih kepada pengakuan pendapatan dari tahun lalu. Kalau di properti kan pendapatan dan laba mengikuti target sales-nya. Jadi sudah ter-planning," ucapnya.
Pihaknya belum mengaudit laporan pendapatan dan laba selama tahun 2017. Namun, dari proyeksi sementara menghasilkan angka yang cenderung flat dibanding 2016. Dengan demikian, wajar jika laba tahun 2018 akan lebih tinggi karena capaian di 2017 kemarin bergeser.
"Makanya agak bergeser ke 2018. Makanya 2018 tumbuh akan tinggi. Sebetulnya itu adalah pengakuan pendapatan yang tertunda di 2017," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk