Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Deretan 10 Saham Top Gainers Sepekan, Ada yang Naik 94 Persen
Advertisement . Scroll to see content

Dana Kelolaan BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp685 Triliun di Kuartal III 2023, Mayoritas di Obligasi

Kamis, 19 Oktober 2023 - 13:50:00 WIB
Dana Kelolaan BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp685 Triliun di Kuartal III 2023, Mayoritas di Obligasi
BPJS Ketenagakerjaan tidak lagi melakukan investasi ke pasar saham sejak 2021. (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Total dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan menembus Rp685 triliun di kuartal III 2023. Mayoritas dana kelolaan itu diinvestasikan di obligasi dibandingkan saham, reksa dana, dan properti.

Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Edwin Ridwan, mengatakan komposisi investasi ke pasar saham mulai berkurang dalam dua tahun terakhir. Pada 2021, portofolio investasi dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan ke saham sebesar 12-13. Pada tahun 2023,  jumlahnya hanya sekitar 9,5 persen.

"Sehingga dalam 2,5 tahun ini secara natural alokasi saham turun, sekarang mungkin alokasi saham hanya 9,5 persen," ujar Edwin, dalam Market Review IDXChannel, Kamis (19/10/2023).

Edwin menjelaskan, sejak 2021 BPJS Ketenagakerjaan tidak lagi melakukan investasi ke pasar saham. Hal itu melihat kondisi pandemi Covid-19 yang pada saat itu berdampak pada kondisi perekonomian global.

Pada tahun 2021, dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan sekitar Rp500 triliun. Kemudian dana kelolaan terus tumbuh setiap tahunnya sekitar 13-15 persen hingga pada September 2023 total dana kelolaan menjadi Rp685 triliun.

"Jadi kita seecara sadar berusaha tidak menjual tapi tidak menambah secara nominal, nomial sama sekitar Rp65-70 triliun (di saham), tapi dana kelolaan tumbuh pesat sekitar 13-15 persen per tahun," kata Edwin.

Sehingga dana kelolaan yang terus tumbuh itu sejak tahun 2021 itu tidak lagi dibelikan saham hingga saat ini. Namun lebih banyak dialokasikan ke instrumen investasi lain seperti obligasi, deposito, reksadana, properti dan lainnya.

"Masalahnya pada saat itu (2021) outlook di pasar saham belum positif dan baru covid sehingga ada kemungkinan peningkatan suku bunga, inflasi dan lain sebagainya," tutur Edwin.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut