Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ekonomi Tumbuh 5,04 Persen, Purbaya Sebut Bukti APBN Dikelola Efektif
Advertisement . Scroll to see content

Di Forum G20, Sri Mulyani Peringatkan Dunia Hadapi Risiko Inflasi yang Bisa Lepas Kendali

Kamis, 17 Februari 2022 - 12:37:00 WIB
Di Forum G20, Sri Mulyani Peringatkan Dunia Hadapi Risiko Inflasi yang Bisa Lepas Kendali
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (foto: dok. iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, memperingatkan dunia menghadapi risiko inflasi yang bisa lepas kendali jika tidak dikelola dengan baik. Hal itu, sudah terlihat dari risiko inflasi yang cenderung lebih tinggi dari ekspetasi. 

Pernyataan itu, disampaikan Sri Mulyani dalam sambutannya di hadapan para delegasi dalam 1st FMCBG Indonesia G20 Presidency 2022 hari ini, Kamis (17/2/2022). 

"Risiko inflasi tetap condong ke atas, didorong oleh gangguan rantai pasok, ketidaksesuaian pasar tenaga kerja, tekanan upah, dan harga energi yang lebih tinggi," kata Sri Mulyani. 

Menurut dia, hal-hal yang membuat inflasi cenderung tinggi ternyata lebih persisten daripada yang diekspektasikan sebelumnya, dan jika tidak ditangani dengan benar, dapat meningkatkan risiko inflasi lepas kendali, dan menghambat pemulihan. 

"Meskipun ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa tingkat inflasi jangka panjang tetap terkendali, hal ini perlu dipantau secara ketat untuk menghindari risiko inflasi yang lepas kendali," ungkap Sri Mulyani. 

Selain itu, ada risiko bahwa penetapan kebijakan makro-fiskal dalam perekonomian bisa jadi tidak cukup dalam menyeimbangkan dukungan kebijakan yang berkelanjutan di tengah keterbatasan ruang fiskal.  

Dia menjelaskan, kebijakan ekonomi makro domestik negara juga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi ekonomi negara lain. 

"Pemulihan ekonomi yang berbeda mungkin memiliki implikasi yang signifikan, karena dapat menyebabkan kecepatan normalisasi kebijakan yang berbeda dan berpotensi menciptakan kondisi keuangan global yang lebih tegang," ujar Sri Mulyani.

Dalam kaitan ini, Menkeu menilai, koordinasi global, termasuk pembahasan exit strategy akan menjadi sangat penting. Untuk mencapai pemulihan yang lancar dan mencapai yang pertumbuhan kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif, ada juga kebutuhan mendesak untuk mengatasi masalah yang bisa menorehkan bekas luka ekonomi yang berkepanjangan.  

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan disrupsi ekonomi global yang mendalam, baik dari sisi penawaran maupun permintaan. 

"Seperti yang pernah terjadi, disrupsi tersebut, termasuk pengangguran yang tinggi, investasi yang lemah, dan produktivitas yang rendah, jika tidak ditangani dengan benar dan cepat, pasti akan meninggalkan bekas luka yang berkepanjangan," ungkap Sri.

Bekas luka ini, lanjutnya, dapat menghambat pemulihan sektor swasta serta menyebabkan dampak jangka panjang pada keuangan publik. Hal ini juga dapat mempengaruhi baik sektor riil maupun sektor keuangan. 

"Pada akhirnya hal ini akan menghambat kemajuan menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh. Dengan latar belakang ini, saat dunia bergerak menuju pemulihan, ada kebutuhan yang mendesak untuk mengatasi risiko yang berasal dari support exiting policy dan scarring effect," tutur Sri.

Untuk itu, Sri Mulyani menegaskan, penting untuk memastikan negara-negara "recover together" untuk menghindari ketidakseimbangan kian menumpuk.  Kebijakan ke depan harus dikembangkan dengan baik, terencana, dan matang.

"Kebijakan ke depan harus bisa mengembangkan exit strategy yang terkalibrasikan, terencanakan, dan terkomunikasikan dengan baik, dan mengidentifikasi strategi untuk mengatasi scarring effect dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi inklusif, dan tidak ada yang tertinggal," ungkap Sri.

Dia menyebutkan, pandemi adalah pengingat keras dari kerentanan ekonomi global kita hingga guncangan yang non-tradisional.  Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar daripada pandemi. 

G20 harus berperan dalam memerangi perubahan iklim, bukan hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga menemukan cara untuk meningkatkan dan mengarahkan lebih banyak pembiayaan untuk investasi dan teknologi berkelanjutan yang memfasilitasi aksi iklim. 

"Kita perlu berkomitmen menuju transisi yang adil dan terjangkau. Meskipun situasi sedang berjalan seperti ini, kami beruntung mengadakan pertemuan ini di waktu yang sempurna ini untuk membahas bagaimana mengelola situasi global yang menantang melalui prioritas yang ditetapkan dalam agenda. Tema tahun ini adalah bagaimana kita bisa pulih lebih kuat. Dengan semua ancaman yang mengintai kita secara bersamaan, hanya ada satu jalan ke depan. We cannot recover stronger unless we recover together," tutur Sri Mulyani. 

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut