Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : KPK Gelar Audiensi dengan Garuda Indonesia, Ingatkan Risiko Korupsi Pengadaan Pesawat Baru
Advertisement . Scroll to see content

Dirut Garuda Indonesia Buka-Bukaan Soal Penyebab Masalah Utang yang Berkepanjangan

Jumat, 12 November 2021 - 18:27:00 WIB
Dirut Garuda Indonesia Buka-Bukaan Soal Penyebab Masalah Utang yang Berkepanjangan
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra, buka-bukaan perihal penyebab masalah utang perseroan yang membengkak dan berkepanjangan. 

Menurut dia, Garuda Indonesia sudah pernah melakukan negosiasi dengan perusahaan penyewa pesawat (lessor) dan mencapai kesepakatan pada 2020. Hasilnya, Garuda Indonesia berhasil memperoleh penurunan biaya lebih dari 200 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp2,84 triliun per tahunnya. 

Kesepakatan itu, disetujui kedua pihak sejak 2020 lalu. Sayangnya, manajemen Garuda Indonesia tak sanggup memenuhi kesepakatan biaya sewa tersebut. 

Irfan beralasan, income Garuda Indonesia tidak memungkinkan manajemen untuk membayar kewajibannya. Perkara ini yang menyebabkan masalah utang maskapai penerbangan pelat merah itu menjadi berkepanjangan. 

"Kita negosiasi tahun lalu dengan asumsi waktu itu pandemi ini akan cepat selesai, kita mendapatkan penurunan biaya sewa dari semua lessor sebesar in total lebih dari 200 juta dolar AS per tahun. Cuma itu kita tidak bisa eksekusi karena jumlah trafik tidak nyampe ke kondisi seperti sebelum pandemi," ungkap Irfan, Jumat (12/11/2021). 

Dia mengakui, proses restrukturisasi utang Garuda bakal berkepanjangan. Pasalnya, pemegang saham dan manajemen harus menghadapi 800 kreditur perusahaan yang berbeda-beda cara penanganannya. 

Kelangsungan bisnis Garuda Indonesia memang berada dalam genggaman kreditur hingga lessor asing. Dua per tiga pengaruhi kreditur global mampu menentukan nasib emiten kedepannya.

Pengaruh itu, khususnya berlaku saat proses restrukturisasi utang dilakukan. Adapun total utang Garuda mencapai Rp139 triliun. 

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, justru mengakui pengaruh pemerintah atau pemegang saham dalam proses restrukturisasi hanya mencapai sepertiga saja. Dengan begitu, dominasi berada di tangan kreditur. 

"Kita ini sekarang sepertiga Pak pengaruhnya untuk proses ini (restrukturisasi), dua per tiganya ada di kreditur karena krediturlah lebih punya hak untuk sekarang menentukan kelangsungan Garuda Indonesia ke depannya," ujar Kartika Wirjoatmodjo.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut