Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Relaksasi Bea Impor Suku Cadang Pesawat Disetujui Kemenkeu, Menhub Harap Harga Tiket Pesawat Turun
Advertisement . Scroll to see content

Disuntik Investor Rp6,4 Triliun, Merpati Airlines Siap Terbang 2019

Senin, 12 November 2018 - 16:06:00 WIB
Disuntik Investor Rp6,4 Triliun, Merpati Airlines Siap Terbang 2019
Pesawat Merpati Airlines. (Foto: Sindo)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akan beroperasi lagi pada 2019 menyusul pelaksanaan restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan. Maskapai ini berhenti beroperasi sejak 1 Februari 2014 akibat kesulitan keuangan.

"Rencana perusahaan pada saat dimulainya operasi penerbangan tahun depan akan dilakukan di Biak, Provinsi Papua, yang selama ini merupakan salah satu basis utama Merpati," kata Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Capt. Asep Ekanugraha di Jakarta, dikutip Senin (12/11/2018).

Meski tidak beroperasi selama lebih dari empat tahun yang lalu, dia menyebut manajemen terus berupaya menghidupkan lagi. Manajemen, kata dia, meyakinkan pemerintah dan swasta agar mau mengoperasikan lagi, walaupun tidak mudah dan berliku.

Selama tidak beroperasi, Asep mengatakan manajemen kini terus melakukan pembenahan di internal seperti dengan menyelesaikan hak karyawan yang tidak digaji selama ini. Selain itu, manajemen juga terus meyakinkan pemerintah dan mengundang investor swasta untuk investasi.

Saat ini pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, serta investor swasta telah menyatakan bahwa MNA perlu dihidupkan kembali mengingat keberadaannya diyakini sangat dibutuhkan untuk mengimbangi maskapai swasta yang ada saat ini.

"Sudah ada investor swasta yang bersedia menanamkan Rp6,4 triliun untuk mengoperasikan kembali Merpati dan saat ini adalah momentum yang tepat untuk perusahaan berkiprah lagi di bisnis penerbangan," kata Asep.

Intra Asia Corpora dikabarkan menjadi investor yang tertarik untuk menyuntik modal perusahaan yang terlilit utang Rp10 triliun itu.

Dia optimistis beroperasinya MNA akan bisa bersaing dengan maskapai penerbangan lain yang ada saat ini. Hal ini mengingat ceruk pasar penerbangan di Indonesia masih terbuka luas.

Salah satu dukungan yang diberikan pemerintah antara lain dengan banyaknya dibangun sejumlah bandar udara di beberapa daerah, serta ditetapkannya 10 destinasi wisata, mulai dari Danau Toba (Sumatera Utara) hingga Morotai (Maluku Utara).

Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan, kata Asep, tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia.

"Tapi pesawat yang kita gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," ujarnya.

Selain itu, Asep menyebut, MNA tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC). Selain akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, MNA juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia Barat yang dinilai sangat potensial, termasuk ke luar negeri.

"Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi," kata Asep.

Saat inipun struktur organisasi baru PT MNA (Persero) juga sudah selesai disusun dan pihak investor swasta menyatakan tidak minta jatah untuk duduk di struktur.

"Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan," ucapnya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut