Ekonomi Jerman Terancam Resesi Gara-gara Perang Rusia-Ukraina
BERLIN, iNews.id - Sebuah lembaga ekonomi memperkirakan, ketergantungan besar Jerman pada energi Rusia bisa mendorong ekonomi negara itu ke dalam jurang resesi. Perang Rusia-Ukraina telah berkontribusi pada melonjaknya harga energi.
Perang juga mendorong naiknya harga pangan dan biaya tambahan untuk menangani gelombang besar rakyat Ukraina yang melarikan diri dari perang. Selain itu, ancaman berkelanjutan soal kemungkinan Rusia akan memangkas pasokan gas alamnya ke Uni Eropa, yang bisa berarti keruntuhan bagi banyak bisnis.
"Ketergantungan yang tinggi pada pasokan energi Rusia menimbulkan risiko yang cukup besar dari output ekonomi yang lebih rendah dan bahkan resesi dengan tingkat inflasi yang jauh lebih tinggi," tulis Dewan Ahli Ekonomi Jerman, yang memberi nasihat kepada pemerintah di Berlin dalam sebuah laporannya, dikutip dari CNBC International, Jumat (1/4/2022).
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan keprihatinan yang sama pekan lalu ketika berbicara dengan parlemen negara itu. Dia mengatakan, memberlakukan larangan langsung terhadap impor energi Rusia berarti menjerumuskan Jerman dan seluruh Eropa ke dalam resesi.
Komentarnya tersebut menyoroti ketergantungan Jerman, dan negara-negara Uni Eropa lainnya pada Rusia untuk pasokan energi.
Menurut data dari kantor statistik Eropa, Jerman mengimpor hampir 59 persen gas alamnya dari Rusia pada 2022. Negara-negara Uni Eropa lainnya mencatat ketergantungan yang lebih tinggi, di mana Republik Ceko mengimpor 86 persen gas Rusia, serta Latvia dan Hongaria mengimpor lebih dari 100 persen, yang artinya mereka membeli lebih dari kebutuhan domestik negaranya.
Ketergantungan energi menjadi semakin mengkhawatirkan bagi Uni Eropa setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan, negara-negara yang tidak bersahabat dengan Rusia harus membayar gas alam dalam mata uang rubel. Rencana ini dimaksudkan untuk mendukung mata uang Rusia, yang telah anjlok setelah invasi ke Ukraina. Putin sebelumnya telah menetapkan batas waktu 31 Maret untuk pembayaran rubel.
Namun, negara-negara Barat, termasuk Jerman, menyatakan, hal itu akan menjadi pelanggaran kontrak dan mendesak bisnis untuk tetap membayar dalam euro atau dolar AS.
"Jerman harus segera melakukan segala kemungkinan untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap penangguhan pasokan energi Rusia dan segera mengakhiri ketergantungannya pada sumber energi Rusia," tulis Dewan Ahli Ekonomi Jerman.
Sementara lembaga akademik memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Jerman tahun ini sebesar 1,8 persen tahun ini dan 3,6 persen pada 2023, asalkan tidak ada penangguhan pengiriman energi. Sementara inflasi diperkirakan berada pada 6,1 persen tahun ini dan 3,4 persen pada 2023.
Editor: Jujuk Ernawati