Erick Thohir Jajaki Pendirian Indonesia Incorporated di 4 Negara Ini
JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, membeberkan sedang menjajaki pendirian Indonesia Incorporated di 4 negara, setelah Hong Kong.
Erick Thohir mengungkapkan, sedang menjajaki kemungkinan mendirikan Indonesia Incorporated di Dubai, London, New York, dan Singapura. Tujuannya untuk membantu BUMN berekspansi ke seluruh dunia.
"Kami sekarang menjajaki lebih banyak kemitraan antara Indonesia dan pemain-pemain global, di antara BUMN dan mitra-mitra strategis di sektor swasta," kata Erick dilansir dari South China Morning Post, dikutip Selasa (11/7/2023).
South China Morning Post memaparkan bahwa keuntungan BUMN Indonesia naik sebesar 143 persen di 2022, yang mencapai 20 miliar dolar AS atau setara Rp303,7 triliun rupiah.
Hal ini adalah lompatan besar keuntungan BUMN dari total 860 juta dolar AS yang dihasilkan di tahun pertama Erick Thohir menjabat sebagai Menteri BUMN.
Erick mengungkapkan, hal itu tidak terlepas dari transformasi BUMN yang masih terus berjalan. Selain meninhgkatkan keuntungan, transformasi BUMN juga diharapkan menambah lapangan pekerjaan serta memungkinkan BUMN untuk berekspansi ke seluruh dunia.
"Melalui transformasi ini, kami bisa menciptakan lapangan kerja, tetapi pada saat yang sama, kami menjadi lebih terbuka dalam mengelola perusahaan kami dan memungkinkan mereka untuk go public," ujar Erick Thohir.
Dalam wawancaranya dengan This Week in Asia, Thohir juga membahas soal peningkatan investasi dari pabrikan China dan Eropa, termasuk CATL China dan Volkswagen Jerman, karena Indonesia bercita-cita untuk menciptakan rantai pasokan kendaraan listrik ujung ke ujung di wilayahnya.
"Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, menjadi pemain penting dalam rantai pasok global," ungkap Erick Thohir.
Dia pun membela larangan ekspor komoditas Jokowi yang dinilai kontroversial, termasuk bijih nikel dan bauksit. Erick menjelaskan langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri.
“Kami tidak mau mensuplai bahan mentah, karena tidak menciptakan nilai tambah bagi Indonesia. Kita membutuhkan penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Jika kami tidak melakukan ini, ini akan menjadi masalah bagi kami dalam 5 hingga 10 tahun ke depan,” tutur Erick Thohir.
Editor: Jeanny Aipassa