Erick Thohir Sebut Penimbun Obat Tidak Berakhlak
JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir geram dengan para penimbun obat, khususnya obat terapi Covid-19 di tengah situasi saat ini. Dia pun menyebut para penimbun obat tersebut tidak berakhlak, karena mengambil keuntungan di atas penderitaan rakyat.
"Tentu, sebagai hal penting juga, sebagai catatan janganlah pada saat rakyat susah, penimbun obat ini tidak punya akhlak," kata Erick, Jumat (30/7/2021).
Dia berharap, para penimbun obat sadar dan menjaga kesatuan untuk sama-sama membantu dalam menangani pandemi Covid-19. Dengan begitu, pemulihan kesehatan dan ekonomi Indoensia bisa cepat membaik.
"Harapkan juga mereka sebagai kesatuan, karena ini benar rakyat sedang susah. Kita harus support mereka supaya kembali ekonomi kita bisa bergerak, tentu kesehatan kita jaga," ujarnya.
Erick menuturkan, sejak awal pandemi di Indonesia, perusahaan pelat merah sudah ambil bagian untuk mengurangi beban masyarakat. Kontribusi yang diberikan BUMN mulai sektor kesehatan hingga memberikan bantuan sosial lainnya.
Misalnya, BUMN bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan pembangunan Wisma Atlet, rumah sakit (RS) modular. Selain itu, memberikan obat-obatan gratis, tabung oksigen hingga diskon listrik.
"Ya, kita harus lihat, kalau PLN itu kemarin membagi atau mensupport listrik gratis. Ada juga sekarang sudah perbaikan diskon listrik. Belum lagi ada di Tim Telkom kita yang memberikan pulsa gratis dan mendukung program Menteri Pendidikan," ujar Erick.
Meski demikian, dia mengaku, masih ada tantangan lain yang dihadapi perusahaan negara saat ini. Tantangan tersebut adalah realokasi corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan.
"BUMN selalu dikaitkan dengan CSR-nya. Nah, CSR kita sekarang harus tepat, ya tentu CSR yang tadinya berbagai macam, A, B, C, D, F, G dan lainnya, sekarang kita fokus di tiga hal, satu kesehatan, kedua pendidikan, ketiga yang namanya tentu kehijauan. Jadi membantu lingkungan hidup karena ini menjadi pokok terpenting juga. Nah, kita harus refocusing ke sini," tutur Erick.
Editor: Jujuk Ernawati