Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : PTPP Kebut Proyek Tol Semarang–Demak Seksi 1B Senilai Rp6,16 Triliun, Progres Capai 52 Persen
Advertisement . Scroll to see content

Fenomena Disrupsi, Jasa Kontraktor di Sektor Konstruksi Tak Dibutuhkan

Kamis, 14 Desember 2017 - 19:05:00 WIB
Fenomena Disrupsi, Jasa Kontraktor di Sektor Konstruksi Tak Dibutuhkan
Ilustrasi (Foto: iNews.id/Yudistiro)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pergeseran dari sistem offline ke online sudah terjadi di seluruh negara, termasuk Indonesia. Disrupsi ritel dan transportasi di Indonesia sendiri sudah mulai bergeser, lalu bagaimana dengan konstruksi?

Head of Strategic Planning, Research & Technology Division PT PP Persero, Hadjar Seti Adji mengungkapkan, jasa kontraktor ke depannya tak lagi dibutuhkan karena akan digantikan dengan teknologi yang menyajikan rancangan konstruksi secara riil. Fenomena disrupsi tersebut menyebar ke berbagai sektor termasuk bidang konstruksi.

"Kalau ini berkembang, katakanlah lima tahun lagi, dunia konstruksi sudah berbeda. Kontraktor melakukan tender, itu sudah enggak ada lagi. Besok, kalau orang mau bangun rumah, ini saya bantu BIM-nya (Building Information Modeling) dan 3D printing-nya, kontraktornya sudah enggak perlu ada. Artinya apa, itu kan distruption dan kita sudah siap duluan," ujarnya dalam acara BUMN Track yang berlangsung di JS Luwansa Hotel Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Teknologi menggunakan printer 3D ini dipastikan cepat proses pembangunan konstruksinya. Dia mencontoh, pembangunan rumah, hanya dalam sehari sudah bisa terbangun. PT PP Persero sendiri telah menandatangani kerja sama dengan perusahaan asal Rusia pada November lalu.

Alat berteknologi 3D printing ini dipastikan akan berada di Indonesia pada akhir April 2018, dan mulai mencoba alat tersebut Mei 2018. Hadjar menyebut, hanya satu unit alat tersebut yang dipesan dengan harga senilai Rp3 miliar. Namun, harga untuk alat tersebut rupanya untuk disewakan oleh perusahaan asal Rusia.

"Mesin 3D printing itu tidak bisa kita miliki, hanya bisa disewakan. Jadi, kita menginvestasikan dulu. Jadi, investasinya itu kita sewakan dan itulah namanya start up. Jadi, uang yang kita keluarkan itu hanya untuk riset mesin ini, tidak untuk produksi," katanya.

Setahun waktu yang dibutuhkan oleh PT PP untuk melakukan uji coba terhadap alat printer 3D. Mereka ingin mengetahui seberapa jauh tingkat pembangunan yang bisa dipakai serta perkembangannya.

"Kita harus menguji juga bahwa alat ini tidak mudah dipakai semua tipe bangunan. Kita ingin meriset tipe bangunan seperti apa yang cocok sama alat ini dan seberapa jauh alat ini bisa berkembang untuk tingkat konstruksinya. Dan bersama-sama kita ajak mereka (perusahaan konstruksi Rusia) untuk mengembangkan," ucapnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut