Gabung PNM Mekaar, Nanik Yuliati Senang Usahanya Semakin Berkembang

JAKARTA, iNews.id - Seorang nasabah Mekaar Cabang Blitar, Jawa Timur, Nanik Yuliati terlihat lebih muda dari usianya yang saat ini 63 tahun. Dalam kesehariannya, dia selalu atraktif dan ceria. 

Nanik yang juga ketua kelompok Precet Mewah ini mengaku bisa selalu ceria karena sehatnya minum jamu tradisional. 

Baca Juga

Kementerian ESDM Beri Sinyal Kuota Impor SPBU Swasta Naik Tahun Depan

Sejak muda, Nanik memang suka mengolah empon-empon atau aneka rempah menjadi jamu tradisional. Bahkan, dia mewariskan keahliannya pada anak dan adiknya.

Kini, anaknya ikut memasarkan jamu olahannya. Begitu pun adiknya, yang juga membuat dan memasarkan jamu olahan tradisional untuk menghidupi keluarga. 

Baca Juga

Cerita Feby Longgo, Ketua Kelompok Mekaar yang Bisnisnya Semakin Maju

Bagi Nanik, yang terpenting adalah memberi manfaat pada sesama. Prinsip yang dipegang adalah membantu, termasuk perannya menjadi ketua kelompok Mekaar. Dia bertekad untuk membantu tetangga yang membutuhkan modal untuk usaha. 

“Saya ikutan bertanggung jawab kalau ada anggota kelompok yang kesulitan. Semua saya lakukan untuk memberikan manfaat. Saya sangat berterima kasih dengan Mekaar, nasabah bisa menambah modalnya. Saya memang menyarankan pinjam uang di Mekaar untuk usaha, karena kalau gak usaha pasti akan sulit mengembalikan angsuran tiap minggunya,” ujarnya. 

Nanik merasa usahanya terus berkembang sejak bergabung menjadi nasabah Mekaar pada 2020. 

“Ya kira-kira empat tahun ini usaha saya berkembang, kalau dihitung usaha saya ini sejak 15 tahun lalu, tetapi memang merasakan berkembang sejak menjadi nasabah Mekaar dan sejak saya penisun,” katanya. 

Kepala Sekretariat Perusahaan PNM L Dodot Patria Ary menegaskan, PNM Mekaar konsen pada upaya meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. PNM memberikan penguatan keahlian dengan berbagai pelatihan di samping memberikan modal usaha. Tiga modal berupa modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial diberikan PNM kepada semua nasabah. 

Editor: Anindita Trinoviana