Garuda Indonesia Targetkan Restrukturisasi Utang Selesai Tahun Ini
JAKARTA, iNews.id - Perusahaan maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih dalam tahap pembahasan skema restrukturisasi yang akan ditawarkan kepada kreditur untuk menyelamatkan perseroan dari kebangkrutan karena menumpuknya utang. Namun ditargetkan proses restrukturisasi utang selesai tahun ini.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio mengatakan, pembahasan skema restrukturisasi masih didiskusikan dengan konsultan-konsultan pendukung dengan mengupayakan opsi terbaik yang akan dikaji untuk kepentingan perseroan dan seluruh pemegang saham. Dia menjelaskan, upaya menjalin komunikasi konstruktif dengan berbagai kreditur perbankan, lessor, maupun kreditur lainnya terus dijalankan demi menghasilkan keputusan terbaik bagi semua pihak.
"Di tengah iklim bisnis industri penerbangan yang penuh dengan tantangan ini, perseroan berkomitmen menjaga keberlangsungan perusahaan secara berkelanjutan, yang tentunya dapat terlaksana dengan memaksimalkan ekosistem bisnis yang solid," kata Prasetio dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Minggu (27/6/2021).
Namun, dia mengungkapkan, belum ada kesepakatan lebih lanjut dengan masing-masing kreditur baik kreditur perbankan, lessor, dan kreditur lainnya hingga saat ini.
"Sementara itu, sehubungan dengan skema restrukturisasi yang saat ini tengah diupayakan perseroan, saat ini masih dalam proses kajian dan diskusi Perseroan dan konsultan-konsultan pendukung beserta seluruh stakeholder terkait," ujarnya.
Prasetio menyebut, Garuda belum memutuskan jalur yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan utang atau proses restrukturisasi utang. Pasalnya, hal tersebut masih dalam proses diskusi, namun ditargetkan proses restrukturisasi selesai tahun ini.
"Perseroan belum dapat menyampaikan timeline proses restrukturisasi sampai dengan penyusunan rencana restrukturisasi telah difinalisasi. Namun demikian, perseroan menargetkan proses restrukturisasi dapat diselesaikan pada tahun 2021," ucapnya.
Kementerian BUMN sebelumnya menargetkan bisa merestrukturisasi utang Garuda sebesar 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp21 triliun. Utang BUMN penerbangan itu membengkak dari Rp20 triliun mendekati Rp70 triliun.
Adapun penyebab utang Garuda membengkak karena sejumlah persoalan masa lalu, di antaranya biaya sewa pesawat yang melebihi standar atau cost wajar hingga masalah efisiensi. Kondisi ini diperparah oleh operasional rute penerbangan Garuda Indonesia yang tidak menguntungkan.
Editor: Jujuk Ernawati