Harga Batu Bara untuk Listrik Diatur, Anak Usaha PLN Ini Semringah
JAKARTA, iNews.id – PT Indonesia Power selaku anak perusahaan PT PLN (Persero) bersyukur dengan adanya peraturan mengenai harga batu bara acuan untuk penggunaan domestik. Sebab, naiknya harga batu bara yang mencapai 100 dolar AS per metrik ton membuat industri kelistrikan terpukul.
Pasalnya, dalam memproduksi listrik sangat bergantung pada batu bara sebagai bahan baku. Apalagi 60 persen dari biaya produksi habis untuk bahan baku di mana jika harga batu bara naik maka secara signifikan menaikkan beban kinerja.
General Manager Indonesia Power UP Suralaya Amlan Nawir mengatakan jika hal tersebut terjadi tentu yang terkena imbas adalah masyarakat. "Terima kasih kepada pemrintah telah melakukan pengendalian terhadap itu, terutama untuk kebutuhan energi primer batu bara di dalam negeri," ujar di kantornya, Banten, Sabtu (24/3/2018).
Karena itu, pihaknya melakukan efisiensi untuk menekan biaya pokok produksi. Sebab, harga jual listrik tidak bisa dipatok karena yang menentukan adalah pemerintah.
"Bisa kami kelola bagaimana mengelola pembangkit seefisien mungkin naik dari menjaga efisiensi supaya hubungan bahan bakarnya lebih efisien," kata dia.
Untuk itu, pihaknya dalam rangka menambah pembangkit untuk sistem kelistrikan Jawa Bali, membangun dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke-9 dan 10. PLTU ini diklaim menggunakan teknologi yang lebih canggih dari delapan unit sebelumnya.
Teknologi terbaru ini disebut ultra supercritical (USC) yang tingkat efisiensinya lebih baik dari pembangkit listrik sebelumnya. Perbedaan tingkat efisiensi USC dengan teknologi sebelumnya sebesar 4 persen.
Teknologi yang saat ini digunakan hanya mampu mengefisiensikan 34 persen, sedangkan teknologi USC sekitar 38-40 persen. "Beda sekitar empat persenan. Luar biasa kalau untuk pembangkit itu," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk