Harga Cabai hingga Tomat Naik, Ini Harapan Pedagang Pasar
JAKARTA, iNews.id - Harga berbagai macam bahan pokok mulai mengalami kenaikan. Kenaikan harga serentak ini mulai dari berbagai jenis cabai, tahu, tempe, minyak goreng, hingga tomat.
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Herman (28) mengatakan, harga cabai yang dia jual saat ini naik hingga dua kali lipat.
"Cabai rawit dari Rp40.000 (per kilogram/kg) jadi Rp80.000, cabai keriting dari Rp30.000 ke Rp50.000, cabai besar merah dari Rp30.000 ke Rp50.000, cabai besar hijau dari Rp20.000 ke Rp40.000," ujar Herman kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (3/3/2022).
Tak hanya itu, harga tomat juga naik dari Rp10.000 ke Rp20.000. Kenaikan ini, tentu berdampak pada berkurangnya jumlah cabai yang dibeli pelanggan.
"Harapannya harga balik ke stabil lagi, apalagi mau ramadan, semua harga bahan pokok naik," kata dia.
Senasib dengan Herman, Duriah (58) yang biasa berdagang tahu dan tempe di kawasan yang sama mengeluhkan harga kedelai yang meroket. Dirinya terpaksa memangkas ukuran tahu dan tempe agar pelanggan tetap membeli di lapaknya.
"Saya jual tahu tetap Rp4.000 dapat 10 potong tapi kecil-kecil potongannya, lalu tempe beda-beda ada yang Rp5.000, Rp7.000, Rp10.000," ucap Duriah.
Sebagai ibu rumah tangga, Duriah ikut pusing tujuh keliling menghadapi naiknya harga bahan pokok, mulai dari harga minyak goreng yang mahal hingga harga cabai yang ikut meroket.
"Harapannya, ya, pemerintah tolong lah gimana caranya ya, ini kan rakyat, tolong jangan sampai melejit gitulah, kan pemerintah yang bisa menentukan (harga bahan pokok)," tuturnya.
Pembeli tak kalah dirugikan imbas meroketnya harga sembako ini. Desi (39), ibu rumah tangga yang menyambi sebagai penjual lontong sayur dan gorengan mengaku kehilangan pendapatan dan sering menombok belanja modal.
"Biasanya dagang dapat Rp300.000 lebih sehari, sekarang Rp200.000. Belanja modal nambah, malah sering nombok," ujarnya.
Untuk minyak goreng saja, dirinya harus antre sejak pagi bersama seluruh keluarganya. Ini terpaksa dia lakukan karena jika tidak mendapat minyak goreng, dia tidak akan bisa berjualan dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Untuk pemerintah tolong lah, ringanin (harga sembako), kasihan masyarakat ini kan kita di bawah semua," kata Desi.
Editor: Aditya Pratama