Harga Minyak Mentah Dunia Naik Lagi usai Terkoreksi 5 Persen
JAKARTA, iNews.id - Harga minyak mentah dunia kembali mengalami kenaikan pada perdagangan sesi pagi, Kamis (7/4/2022) waktu Asia. Kenaikan ini terjadi setelah pasar minyak dihantam koreksi lebih dari 5 persen di sesi sebelumnya.
Menurut data Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 09:31 WIB, menunjukkan harga Brent Juni 2022 naik 1,41 persen di 102,53 dolar AS per barel, sementara Brent Juli 2022 menguat di 101,60 dolar AS per barel.
New York Mercantile Exchange (NYEMX) mencatat harga West Texas Intermediate (WTI) Mei 2022 tumbuh 1,53 persen di 97,70 dolar AS per barel, sedangkan WTI Juni 2022 menguat 1,61 persen di 96,95 dolar AS per barel.
Adapun kenaikan dua kontrak acuan berjangka ini menyusul penurunan yang terjadi sebelumnya terkait dengan pengumuman pelepasan cadangan darurat minyak mentah dari negara-negara adidaya.
Sebagai langkah untuk menutup kekosongan pasokan dari Rusia akibat sanksi, negara-negara anggota Badan Energi Internasional berencana melepaskan 120 juta barel, termasuk 60 juta barel dari cadangan Amerika Serikat.
Analis mengatakan, rilis stok minyak darurat akan membuat pasokan tetap ketat.
"Selain pelepasan cadangan global yang sangat besar, kehancuran permintaan dan kemungkinan resesi saat ini merupakan satu-satunya mekanisme yang bisa membuat harga di tingkat global turun," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, dikutip dari Reuters, Kamis (7/4/2022).
Analis National Australia Bank, Baden Moore, menuturkan, rilis terkoordinasi IEA masih berpotensi membatasi kenaikan harga minyak ke depan dalam jangka pendek.
"Tetapi kebutuhan untuk mengisi kembali cadangan, diharapkan (bisa terjadi) pada tahun 2023. Jika tidak, maka dapat menambah keketatan pasar ke depan," katanya.
Sementara itu, pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat tentang menghidupkan kembali perjanjian 2015 tentang program nuklir Teheran dikabarkan telah terhenti. Hal ini semakin menunda potensi pencabutan sanksi terhadap minyak Iran, dan bakal semakin menjaga pasar tetap ketat dan berpotensi menaikkan harganya.
Analis menilai bahwa keputusan politik diperlukan bagi Teheran dan Washington untuk mengatasi masalah tersebut.
Editor: Aditya Pratama