Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Kadin: Ratusan UMKM Terdampak

JAKARTA, iNews.id - Dampak dari batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha besar di bidang perhotelan, namun juga berimbas kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Wakil Ketua Komite Bidang Tata Kelola dan Regulasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Dewi Meisari Haryanti mengatakan, terdapat 2 kelompok UMKM yang berpotensi terdampak batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Baca Juga

Antisipasi Lonjakan Selama Nataru, BI Tingkatkan Ketersediaan Penukaran Uang hingga 36 Persen

Pertama, kelompok UMKM yang ditunjuk sebagai mitra dari perusahaan merchandise. Dewi memprediksi terdapat 50 hingga 100 UMKM yang memiliki 5 hingga 10 karyawan yang akan terdampak.

Hal ini selaras dengan pernyataan PT Juara Raga Adidaya (Juaraga) sebagai pemegang lisensi merchandise Piala Dunia U-20 yang mengaku melibatkan UMKM dalam produksinya. 

Baca Juga

RI Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Pemegang Lisensi Merchandise Resmi dan UMKM Rugi

“Tapi tentu saja jumlahnya tergantung. Berdasarkan pengalaman kami, untuk nilai produksi Rp10 miliar atau Rp20 miliar, biasanya akan melibatkan 50-100 UMKM. Bisa jadi jumlahnya lebih besar,” ujar Wakil Ketua Komite Bidang Tata Kelola dan Regulasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Dewi Meisari Haryanti kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (31/3/2023). 

Menurut dewi, perusahaan memang cenderung akan berperan sebagai konsolidator atau aggregator. Mereka akan berperan sebagai pihak yang melakukan kontrol kualitas dan menyerahkan produksi kepada para mitra. 

Baca Juga

Batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia Ikut Kecewakan UMKM

Kedua, kelompok UMKM yang juga terpengaruh adalah pelaku usaha yang berada di sekitar titik penyelenggaraan. Pasalnya, penyelenggaraan acara besar seperti pertandingan bola atau konser musik memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pelaku usaha tersebut. 

Dengan dibatalkannya status tuan rumah Indonesia dalam Piala Dunia U-20, pelaku usaha kehilangan momentum untuk meraup penghasilan yang besar. 

“Kita anggap 10 persen hingga 20 persen pengunjung akan belanja oleh-oleh, atau makanan, atau souvenir yang dijual pedagang keliling. Setidaknya mereka menghabiskan Rp. 100 ribu per hari. Dari angka tersebut saja sudah lumayan,” ujarnya. 

Apalagi, Piala Dunia U-20 dilaksanakan di 6 lokasi yang berbeda. Sehingga potensi ekonomi tidak hanya dirasakan pada masyarakat di daerah tertentu, namun tersebar ke lokasi tersebut. 

Dewi juga mengatakan, dampak lainnya adalah pada angka kunjungan turis mancanegara, yang berpotensi melakukan wisata di beberapa tempat di Indonesia selama perhelatan berlangsung. 

Tidak hanya pada saat pertandingan, pelaku usaha bahkan tetap mendapatkan efek berkelanjutan setelah acara selesai. Dewi mengatakan, banyak pelaku usaha yang mengalami peningkatan penjualan bahkan setelah acara tersebut selesai. 

“Banyak kejadian dimana para turis menyimpan kontak pelaku usaha dan mereka tetap melakukan pemesanan setelah acara berakhir. Jadi tentu sangat berdampak,” tutur Dewi. 

Editor: Jeanny Aipassa