Industri Tekstil Khawatir dengan Rencana Kenaikan Tarif Listrik
JAKARTA, iNews.id – Industri tekstil berpotensi menghadapi tantangan baru di tengah kondisi bisnis yang tengah lesu. Hal ini terkait dengan rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengubah formula tarif listrik non-subsidi pada Maret 2018.
Rencana perubahan itu terkait permintaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk untuk memasukkan harga batu bara acuan sebagai salah satu komponen perhitungan tarif dasar listrik (TDL).
Maklum saja, harga batu bara tengah membara. Untuk kontrak Februari di bursa Newcastle hari ini, harga batu bara mencapai 107,7 dolar Amerika Serikat (AS) per ton sementara di bursa Rotterdan, harganya sekitar 90,85 dolar AS per ton.
Wakil Presiden Direktur PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto mengatakan, perubahan formula TDL berpotensi membuat tarif listrik non-subsidi, termasuk listrik industri naik. Kenaikan tersebut berdampak besar karena industri tekstil, terutama di sektor hulu membutuhkan listrik yang cukup besar.
"Yang paling nanti terefek itu yang di hulu, yang investasinya paling tinggi dimana memang membutuhkan energi sehingga akan memerlukan listrik yang lebih tinggi dibanding pakaian jadi atau garmen," kata Anne di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Rabu (31/1/2018).