Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Daftar Harga BBM Pertamina 21 Desember 2025, Lengkap di Seluruh SPBU
Advertisement . Scroll to see content

Ini Strategi Pertamina Selaraskan Transisi dan Ketahanan Energi untuk Net Zero Emission

Selasa, 15 November 2022 - 21:00:00 WIB
Ini Strategi Pertamina Selaraskan Transisi dan Ketahanan Energi untuk Net Zero Emission
Chair of Task Force Energy, Sustainability and Climate Business 20 (TF ESC-B20) Nicke Widyawati dalam diskusi BloombergNEF (BNEF) Net Zero Summit. (Foto: dok Pertamina)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Momentum G20, melahirkan diskusi B20 dengan tema 'Task Force Energy, Sustainability and Climate (TF ESC) Business 20 (B20) Indonesia'. Diskusi khusus ini membahas proses produksi energi menuju bentuk terbaiknya yang selalu mengalir.

Chair of Task Force Energy, Sustainability and Climate Business 20 (TF ESC-B20) Nicke Widyawati dalam diskusi "BloombergNEF (BNEF) Net Zero Summit" rangkaian dari B20 yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta The Asia Natural Gas and Energy Association (ANGEA), menjelaskan proses keberlangsungan transisi energi haruslah terjadi, agar keberlanjutan tetap terjaga.

Namun, proses transisi energi tidaklah dapat dicapai dengan singkat. Membutuhkan berbagai macam teknologi, biaya serta sumber daya manusia yang mampu memenuhi standard pemenuhan kebutuhan energi terbarukan.

Sementara ketika proses transisi terjadi, permintaan akan kebutuhan energi turut meningkat, sehingga ketahanan energi skala besar tetap harus dijaga. 

Strategi Pertamina

Secara lugas, Nicke Widyawati yang juga menjabat Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menjelaskan berbagai strategi menghadapi tantangan keselarasan antara transisi dan kebutuhan energi. Untuk mencapai aspirasi Net Zero Emission (NZE) sekaligus menjaga ketahanan energi di Indonesia, PT Pertamina telah menyusun strategi komprehensif yang disampaikan melalui dua pilar utama dan tiga impelementasi menengah.

Adapun dua pilar utama tersebut, yang pertama adalah bergerak fokus mengenai dekarbonisasi kegiatan bisnis. Kedua, yaitu pengembangan bisnis hijau energi terbarukan. 

Kemudian, untuk mendukung rencana menggerakkan Net Zero Emission dapat dilakukan dengan tiga strategi jangka menengah. Pertama, mengembangkan standar penghitungan karbon yang telah memenuhi standar nasional dan internasional. 

Kedua, yaitu pelibatan pemangku kepentingan untuk mendukung penuh target dan komitmen NZE nasional. Tujuan ini didukung oleh strategi investasi jangka panjang dari Pertamina. Ketiga, inisiatif bisnis keberlanjutan ramah lingkungan Pertamina akan difokuskan pada Biofuels, sumber energi terbarukan, Sistem Penangkapan Karbon (CCS/CCUS), baterai serta mobil listrik, hidrogen, dan bisnis karbon sendiri.

Pertamina juga telah mengembangkan strategi untuk mendukung transisi energi dengan mengalokasikan biaya mobal (capex) untuk energi rendah emisi dan pengembangan EBT.

“Kami telah menetapkan tujuan untuk meningkatkan porsi Bisnis Hijau dalam bauran pendapatan Pertamina dari 5 persen pada 2022 menjadi 13 persen pada 2030,” ujar Nicke saat menjelaskan detail mengenai porsi biaya modal untuk energi hijau.

Secara prediksi, pendapatan dari bahan bakar fosil diperkirakan akan menurun secara signifikan dari 86 persen pada 2022 menjadi 66 persen pada 2040. Tujuan dari optimisme alokasi modal tersebut telah dikoordinasikan dengan pemerintah Indonesia, dan memastikan bahwa hal tersebut telah selaras dengan target bauran energi Indonesia untuk energi baru terbarukan.

Untuk mengimbangi pembiayaan, Pertamina juga telah meramu strategi investasi jangka panjang yang terdiri dari 14 persen Capex untuk aksi bisnis energi hijau. Selain itu, Pertamina terus melanjutkan investasi pada bahan bakar fosil dan petrokimia sebagai tulang punggung bisnis saat ini, dalam upaya memastikan bahwa transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi.

Selain strategi penyertaan modal, Pertamina juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk percepatan capaian target. Kolaborasi diperlukan, dalam menghadapi tantangan yang sama selama transisi energi, terutama dalam teknologi dan pembiayaan. 

“Biaya teknologi masih lebih tinggi daripada bahan bakar fosil. Itu sebabnya, kami terbuka untuk kemitraan dan kolaborasi, untuk mendorong inovasi dan menurunkan biaya teknologi,” kata Nicke.

Upaya kolaborasi digencarkan sebab saat ini penggunaan teknologi dalam energi baru terbarukan masih membutuhkan biaya mahal, sehingga harga jual kepada konsumen masih cukup tinggi.

Dalam menekan biaya operasional tersebut, masalah pembiayaan, diharapkan akan lebih banyak menarik investasi masuk, baik internasional maupun domestik. Hal ini guna meningkatkan mekanisme pembiayaan global mendukung proyek transisi energi dan dekarbonisasi.

Editor: Rizqa Leony Putri

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut