Jerman Siapkan Dana Rp2.982 Triliun untuk Stabilkan Ekonomi selama Krisis Energi
BERLIN, iNews.id - Jerman menyiapkan dana hingga 200 miliar euro atau setara Rp2.982,3 triliun untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi. Hal itu disampaikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Kamis (29/9/2022) waktu setempat.
Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF) negara itu yang dibentuk selama pandemi Covid-19 pada 2020 akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara. Dengan diluncurkannya kembali dana tersebut, Jerman bereaksi terhadap situasi pasokan gas yang berubah dengan Rusia setelah pipa Nord Stream 1 dan 2 mengalami kebocoran, sehingga menyebabkan berhentinya aliran gas.
"Kami sangat siap untuk situasi ini," kata Scholz, dikutip dari Antara, Jumat (30/9/2022).
Dengan kondisi tersebut, dia memperkirakan tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa depan. Karena itu, Jerman secara aktif mencari mitra dagang baru serta memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak perang Rusia-Ukraina.
Meski ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini, dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman yang tersisa masih bisa dioperasikan pada kuartal I tahun depan,
Sementara itu, demi meringankan beban konsumen dan perekonomian maka harga listrik dan gas harus dibatasi. Sebelum krisis energi terjadi, pemerintah sudah memberikan paket bantuan inflasi senilai 95 miliar euro.
Otoritas statistik Jerman pada Kamis telah mengumumkan, inflasi Jerman melonjak ke rekor baru 10 persen pada September. Menurut angka awal Kantor Statistik Federal, harga energi naik drastis mencapai 43,9 persen secara tahunan.
Scholz menuturkan, pungutan gas yang banyak dikritik, yang akan memungkinkan perusahaan utilitas untuk membebankan biaya energi yang tinggi kepada konsumen, sekarang tidak akan diperkenalkan. Sebaliknya, perusahaan akan menerima dukungan secara langsung untuk menghindari beban keuangan tambahan kepada warga.
Sebelum Scholz mengumumkan dana stabilisasi, lembaga ekonomi terkemuka Jerman memangkas perkiraan ekonomi negara itu pada 2023. Mereka sekarang memperkirakan resesi 0,4 persen imbas krisis energi, padahal sebelumnya ekonomi diperkirakan bisa tumbuh 3,1 persen.
"Revisi ini terutama mencerminkan tingkat krisis energi," ujar RWI Leibniz Institute for Economic Research, Halle Institute for Economic Research (IWH), Kiel Institute for the World Economy, dan ifo Institute.
Lembaga itu menyatakan, meski situasi diperkirakan sedikit mereda dalam jangka menengah, namu harga gas kemungkinan akan tetap jauh di atas tingkat sebelum krisis. Mereka pun memperingatkan bahwa ini berarti hilangnya kemakmuran permanen bagi Jerman.
Namun, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner meyakini langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan pemerintah akan membantu melindungi kemakmuran warga negara.
"Kami kuat secara ekonomi dan kami akan memobilisasi kekuatan ekonomi ini jika perlu," ucapnya.
Editor: Jujuk Ernawati