Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ditopang KPR Subsidi, Laba Bank BTN 2017 Capai Rp3,02 Triliun
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross sepanjang tahun lalu mencapai 2,66 persen, turun dibandingkan posisi pada akhir tahun 2016 sebesar 2,84 persen.

Nixon Napitupulu, Direktur Bank BTN mengatakan, penurunan NPL ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Bank BTN saja. Penurunan NPL, kata dia, menjadi gejala massal yang terjadi di seluruh perbankan secara nasional.

"NPL kenapa bisa turun? karena memang di segmen komersial-nya (turun). Mungkin di perbankan lain juga sama, komersialnya trennya memang sudah turun. Jadi, kita sudah mulai membaik dan signifikan turunnya," katanya di Menara BTN Jakarta, Selasa (13/2/2018).

Nixon menyebut, penurunan kredit bermasalah juga menunjukkan tren penurunan secara bulanan. Dengan begitu, dia yakin NPL akan terus turun pada tahun ini. Bank BTN pun menyiapkan sejumlah strategi supaya bank yang mengandalkan kredit pemilikan rumah (KPR) ini bisa menekan angka NPL.

"Apa yang dilakukan, yang kita lakukan adalah penyehatan dengan cara merestrukturisasi beberapa kawan-kawan komersial, terutama sekali kita sering ketemu adalah yang di segmen high-rise building," ucapnya. 

Sejak tahun lalu, Mantan Direktur Utama Bank Mandiri Taspen ini menjelaskan, perseroan menjemput bola alias aktif menawarkan kepada nasabah yang berpotensi mengalami kredit macet untuk merestrukturisasi kreditnya.

"Memang kita agak aktif ke nasabah menawarkan untuk merestructure berupa penundaan pembayaran pokok satu atau dua tahun," kata Nixon.

Sementara untuk KPR subsidi yang menjadi program unggulan BTN pun memiliki rasio kredit bermasalah yang stabil, rendah, dan saat ini cenderung turun.

“Bisa dibilang ini produk paling baiknya BTN adalah KPR subsidi karena NPL rasionya 1,26 persen," ujarnya. 

Namun, kata Nixon, pihaknya akan mewaspadai NPL untuk KPR non-subsidi yang menyasar rumah tipe menengah dengan kisaran harga Rp500 juta. Dia menyebut, NPL di sektor ini terus meningkat meski dia enggan menyebut angka pastinya.

"Yang jadi permasalahan di kita adalah NPL KPR Non Subsidi di segmen tengah, seperti upaya penjualan yang sudah memberikan hak jualnya kepada kita, kemudian dilelang, dan kita juga akan merestrukturisasi rumah-rumah yang masih dihuni dan pemiliknya masih memliki penghasilan tetap," katanya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow

Related News

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut