Kecilnya Miskin dan Cuma Lulus SD, Pria Ini Jadi Konglomerat berkat Nippon Paint
SINGAPURA, iNews.id – Goh Cheng Liang menjadi konglomerat berkat Nippon Paint. Dia mendapatkan sebagian besar kekayaannya dari saham mayoritas di Kippon Paint Holding Jepang, yang merupakan produsen cat terbesar keempat di dunia.
Berdasarkan data Forbes, kekayaannya saat ini sebesar 12,4 miliar dolar AS atau setara Rp184,66 triliun. Dia merupakan orang terkaya ke-149 di dunia. Sementara pada tahun lalu, dia berada di peringkat ke-3 orang terkaya di Singapura versi Forbes.
Goh merupakan salah satu konglomerat yang terlahir dari keluarga miskin. Bahkan karena miskinya, pria kelahiran 1928 ini harus tinggal bersama dengan keluarganya sebanyak tujuh orang di sebuah kamar sewaan di ruko dengan biaya 3 dolar AS per bulan.
Karena kondisi keluarganya juga, saat dia berumur 12 tahun setelah lulus Sekolah Dasar
Goh pun memutuskan mendirikan sebuah bisnis air soda. Sayangnya, bisnis tersebut gagal. Kemudian dia bekerja di sebuah toko perangkat keras. Di sana dia mendapat promosi dan menjadi salesman.

Pada 1949, Goh bertemu dengan orang Inggris yang melelang cat-catnya yang sudah tak layak pakai. Dia membeli beberapa barel cat tersebut untuk bereksperimen. Eksperimennya berhasil dan cat-cat tersebut bisa digunakan kembali.
Kemudian Goh mendirikan perusahaan catnya sendiri, yang diberi nama Pigeon Paint. Tahun berikutnya, bisnisnya melejit karena kebijakan pemerintah yang membatasi produk impor, termasuk cat karena perang Korea. Sejak itu, bisnisnya terus berkembang.
Pada 1959, Nippon Paint Holdings Jepang mengajak Goh bekerja sama. Perusahaannya ditunjuk sebagai distributor cat Nippon Paint. Selanjutnya, dia mendirikan Nippon Paint South East Asia Group (Nipsea Group).
Nipsea berkembang menjadi salah satu produsen cat terbesar di Asia, dengan beberapa cabang yang tersebar di China, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Tahun lalu, putranya, Hup Jin, yang saat ini memimpin Nippon Paint, menyelesaikan kesepakatan saham dan uang tunai senilai 12 miliar dolar AS, yang memberinya saham mayoritas di Nippon.
Editor: Jujuk Ernawati