Kisah Hafiza, Pendiri Nalacity Foundation yang Berdayakan Penderita Kusta Jadi Pengusaha Fashion Muslim
JAKARTA, iNews.id - Kisah Hafiza, pendiri Nalacity Foundation, yang memberdayakan penderita kusta menjadi pengusaha fashion Muslim, sangat menginspirasi.
Bermula dari tugas kampus, Hafiza yang kala itu masih berstatus mahasiswi Universitas Indonesia dan empat temannya mendirikan Nalacity Foundation, sebuah proyek sosial entrepreneurship initiative untuk penderita kusta yang mengalami diskriminasi sosial.
Hafiza mengungkapkan, Nalacity Foundation lahir di akhir 2010, sebagai program sosial dari Indonesia Leadership Development Program (ILDP), di Kampung Sitanala, Tangerang, Banten.
Hal ini berangkat dari kepedulian Hafiza dan teman-temannya terhadap penyintas penyakit kusta yang berupaya memperbaiki hidup mereka namun sering mendapat penolakan.
Dihimpun dari channel YouTube Anggi Septianto pada Kamis (10/11/2022), perempuan bernama lengkap Hafiza Elvira Nofitariani, berkisah bahwa rata-rata warga binaannya ditolak oleh industri dan tidak bisa bekerja di tempat kerjanya.
"Jadi mereka kehilangan pekerjaan mereka juga diskriminasi oleh masyarakat sekitar yang akhirnya mereka mencari tempat kerja sendiri, berusaha sendiri dan mereka sekarang tinggal dalam satu lingkungan yang sama di belakang rumah sakit Sitanala," ujar Hafiza.
Dia mengungkapkan, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) walaupun sudah sembuh kerap dikucilkan keluarga juga masyarakat tempat mereka tinggal.
Bersama keempat temannya, Hafiza mencoba menggali potensi OYPMK dengan bertanya kegiatan apa yang bisa dilakukan. Dari situ ia bisa melihat ada potensi yang bisa dikembangkan.
"Kita mencoba menggali, Ibu-ibu bisa kegiatannya apa? Oh saya bisanya menjahit, ya paling ngejahit baju yang robek atau yang sedikit-sedikit palong neng. Dari situ kita melihat ada potensi yang bisa digali dan siapa tau ini bisa diterusin," ungkap perempuan yang akrab disapa Fiza itu.
Dengan pendekatan yang intens dan personal, akhirnya terkumpul 20 ibu-ibu OYPMK di Kampung Sitanala, Tangerang, Banten. Melalui Nalacity Foundation, Fiza dan kawan-kawan menawarkan bisnis fashion Muslim, khususnya jilbab manik-manik. Mereka melihat bahwa ibu-ibu di Kampung Sitanala bisa menjahit meski dengan keadaan yang tak sempurna.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, Nalacity Foundation menggandeng seorang fashion designer untuk mengasah kemampuan menjahit ibu-ibu OYPMK.
“Jahitan mereka sudah semakin bagus sekarang, model yang dihasilkan juga disesuaikan dengan tren,” ujar Fiza.
Setiap bulan, Fiza belanja bahan sebanyak 60-80 bahan dari seorang supplier di Jakarta dan langsung diantar ke Kampung Sitanala untuk dijahit. Setiap pekan, produk yang sudah jadi diambil oleh Nalacity Foundation.
“Kemudian kami cek dan kami masukkan ke dalam packaging lalu kami pasarkan di media online,” jelas Fiza.
Dalam sebulan, produksinya mencapai 50-70 buah. Bukan hanya jilbab, tapi mereka juga memproduksi bross.
Pembelinya kebanyakan berasal dari Jakarta, selebihnya Jawa dan Sumatra. Namun pembeli tak hanya berasal dari dalam negeri.
“Jilbab dan bross dari Kampung Sitanala ini juga sudah sampai Qatar,” tutur Fiza.
Jilbab manik-manik tersebut dibanderol dengan harga Rp50.000 hingga Rp80.000, sedangkan bross dijual dengan harga Rp20.000 hingga Rp25.000. Omzet yang bisa didapat per bulannya sekitar Rp1 juta sampai Rp3 juta dengan keuntungan 20 persen hingga 50 persen.
Dari keuntungan tersebut, 10 persen sampai 30 persen nya dipakai untuk modal produksi berikutnya dan membiayai program pemberdayaan masyarakat melalui Nalacity Foundation.
Adapun, ibu-ibu di Kampung Sitanala mendapatkan Rp 7.000 hingga Rp 20.000 untuk satu produk yang mereka buat.
Berkat kegigihannya, Fiza mendapatkan berbagai macam penghargaan, salah satunya dari Majalah The Marketeers di akhir tahun 2014 lalu sebagai Young Woman Netizen 2015.
Selain itu, ia juga pernah menyabet penghargaan Inspiring Girls Theme Indonesia National Youth Magazine pada tahun 2011 silam.
Demikian kisah Hafiza, pendiri Nalacity Foundation yang memberdayakan penderita kusta menjadi pengusaha jilbab, yang kini memiliki omzet jutaan rupiah.
Editor: Jeanny Aipassa