Kisah Sukses Andriyansyah, dari Terlilit Utang Ratusan Juta Kini Pemilik Bakso Prasmanan
JAKARTA, iNews.id - Menjaga asa bisnis tetap berjalan bukanlah hal mudah. Seorang pengusaha perlu membaca peluang untuk memperlebar pasar, sekaligus memperhitungkan situasi untuk menjaga hal di luar kendali.
Cerita pasang surut bisnis masih tersimpan dalam ingatan Andriyansyah, Owner Bakso Kribo di Kota Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, kesuksesannya saat ini terbentuk dari tekanan, kerugian, hingga beragam cobaan.
Indra, sapaan akrabnya, mengingat pertama kali memulai usaha bakso saat melihat peluang tetangga depan rumah yang berhenti berjualan akibat sakit. Dengan modal seadanya, pria itu membuka warung perdana di teras rumah kampungnya.

Modal pertama berasal dari keuntungan menjual bisnis pisang bakar. Maklum, sedari kecil dirinya telah berjualan aneka jajanan di sekolah.
"Saat itu uang saya Rp500.000, Rp100.000 saya buat cuti kuliah, sisanya buat modal," ujar Indra dikutip dari Youtube JagaLilin, Minggu (1/1/2023).
Melihat permintaan yang kian ramai, Indra memutuskan untuk menyewa tempat untuk pertama kalinya. Seiring waktu berjalan, bisnisnya tumbuh, dia berani untuk membuka sejumlah cabang. Tapi suatu hal pun terjadi.
"Usaha lagi bagus-bagusnya, nafsu, sampai kita buka cabang ke-7, gak sampai setahun, akhirnya bangkrut semuanya," ucapnya.
Kebangkrutan menyisakan sejumlah derita lantaran terdapat tumpukan utang di sejumlah lembaga perbankan. Dirinya sempat merasakan trauma untuk tidak lagi berkecimpung dalam bisnis bola daging itu.
Tagihan utang ratusan juta ditambah tak ada sepeserpun pemasukan membuat Indra membanting stir menjadi driver ojek online. Satu dua permintaan ojol dia tekuni demi mengembalikan pinjaman yang tertumpuk.
"Utang masih banyak di bank, saya merasa udah titik terendah, usaha sudah gak ada, gak kerja, gak ada penghasilan, sementara debt collector terus nagih," tuturnya.
Saat fokus dalam pekerjaan ojol, pada suatu waktu sang istri memintanya untuk memulai kembali usaha bakso. Tak digubris, Indra mengaku merasa lelah karena seharian di jalanan.
Akhirnya sang istri memberanikan diri untuk membuka kembali warung bakso, dengan bantuan sang mertua. Indra sempat kaget bahwa ternyata cincin pernikahan-lah yang jadi tumbal untuk modal.
Waktu berlalu, Indra masuk kembali dalam bisnis lamanya, melihat kerja keras perempuan yang menemani tidurnya itu.
Nasib kurang baik masih berada di pundak, seiring waktu, apa yang dia kerjakan akhirnya redup kembali. Tak ada pengunjung, warungnya sepi sebagaimana bisnis lainnya.
Melihat kerja keras sang istri, Indra berpikir keras untuk mencari ide agar bisnis yang sempat membuatnya trauma, dapat terus menghidupinya. Bakso masih menjadi pilihan bagi Indra kala itu.
Setelah berselancar dalam dunia virtual, ide mengemas bisnis bakso dengan konsep prasmanan pun dimulai. Dengan meminjam modal dari saudara, Indra membeli sebuah motor roda tiga, dan kembali mulai berbelanja. Masih bakso, bukan lainnya.
"Suka dukanya pasti kepanasan, kehujanan, itu saya jualan berdua sama istri," katanya.
Konsep berpindah tempat dipilih karena dinilai lebih murah daripada menyewa lokasi. Waktu berjalan, banyak lidah pelanggan mulai tertarik dengan rasa semangkok bakso di motornya. Timbul pertanyaan, apakah menyewa kembali lokasi perlu dilakukan?
Indra berpikir bahwa ekspansi usaha membutuhkan analisa yang matang. Akhirnya keputusan menyewa tempat kembali dilakukan, tetapi dengan keadaan pikiran yang berbeda.
Kerja keras memang satu meja dengan kesuksesan. Perlahan bisnis bakso Indra menemui titik terang. Namun batu kerikil belum menghilang, masalah sumber daya manusia mulai menjadi kendala.
"Karyawan saya ada yang curang, ambil bahan bakunya beda dengan yang ada di dapur," ujarnya.
Belajar dari pengalaman di masa lalu membuat Indra lebih lihai dalam mengatasi masalah pegawai. Saat ini 3.000 sampai 8.000 pcs bakso laku terjual dalam sehari.
Blak-blakan Indra menuturkan pesan bagi siapa saja yang baru memulai usaha, sembari menutup kisahnya.
"Memulai usaha itu mudah, yang sulit itu mempertahanin. Usaha yang baik itu adalah usaha yang dijalankan, bukan yang dipikirkan," ucap Indra.
Editor: Aditya Pratama