Kisah Sukses Pendiri Starbucks, Anak Buruh yang Kini Jadi Miliarder
JAKARTA, iNews.id — Kisah sukses pendiri Starbucks, Howard Schultz, layak menjadi inspirasi bagi siapapun yang hendak terjun ke dunia bisnis.
Bagaimana tidak, Howard Schultz adalah anak buruh miskin yang berjuang mengubah nasib hingga kini menjadi miliarder karena memiliki jaringan ritel kedai kopi berskala internasional
Starbucks tercatat sebagai perusahaan kopi terbesar di dunia. Variasi menu kopi dan minuman lainnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kopi di seluruh dunia.
Di balik kesuksesan Starbucks, ada sosok Howard Schultz yang berusaha untuk mengembangkan bisnisnya, bahkan ketika kopi belum diminati oleh masyarakat.
Howard Schultz lahir di Brooklyn, New York pada tahun 1953. Ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh dan hidup dengan ekonomi yang serba kekurangan.
Ayahnya bahkan tidak bisa pergi ke dokter ketika pergelangan kakinya patah. Hal tersebut memperparah kondisi ekonomi keluarganya karena ayahnya harus kehilangan pekerjaan.
Perjalanan Howard dengan Starbucks dimulai pada tahun 1981, ketika dia pertama kali berjalan di kedai kopi di Pike Place Seattle bernama Starbucks.
Di sana, ia mencicipi kopi dan berbincang dengan pendiri kedai kopi tersebut.
“Ketika saya berjalan menuju kedai tersebut untuk pertama kalinya, saya tahu bahwa bisnis ini akan sangat berhasil. Saya tidak tahu alasannya mengapa. Tapi saya tahu bahwa saya berada di tempat yang istimewa,” ujar pendiri Starbucks Howard Schultz, dikutip Jobstreet (8/4/2023).
Pada tahun 1982, ketika Starbucks hanya memiliki empat toko, Howard pindah ke Seattle dari negara asalnya New York dan bergabung dengan perusahaan sebagai direktur operasi dan pemasaran.
Setahun kemudian, Howard melakukan perjalanan ke Italia dan terpikat kepada pengalaman yang diberikan dari salah satu kedai kopi di Italia. Ia pun terinspirasi untuk menjadikan Starbucks sebagai tempat untuk bersosialisasi antar manusia.
Hal tersebut yang menjadi cikal bakal terbentuknya Starbucks sebagai tempat ‘nongkrong’ bagi pelanggannya.
Ia juga terinspirasi untuk membentuk rantai kedai kopi nasional melalui ekspansi toko yang cepat. Pada tahun 1985 ia mendirikan Il Giornale dan membeli Starbucks dengan dukungan investor.
Di bawah kepemimpinannya, dalam empat tahun rantai kedai kopi tersebut tumbuh dan memiliki 100 gerai. Pada tahun 1992 ia membawa perusahaan ke publik, dan pada akhir dekade, Starbucks memiliki sekitar 2.500 gerai di berbagai negara.
Selain itu, Schultz terus berinovasi dengan mengembangkan variasi menu Starbucks. Perusahaan tersebut mulai menawarkan berbagai macam kopi seduh mulai dari espresso, cappuccino, café latte, es kopi hingga moka.
Dia bekerja keras menciptakan suasana yang nyaman untuk seluruh pengunjungnya untuk bertemu dengan keluarga atau sahabat dan menikmati kopi yang mereka tawarkan.
Schultz mengumumkan pengunduran diri sebagai CEO pada tahun 2000 tetapi tetap berperan sebagai Chairman. Pada 2008, Schultz kembali sebagai CEO setelah adanya penurunan dan penutupan ratusan gerai Starbucks.
Ia menerapkan strategi ambisius dengan mengakuisisi beberapa perusahaan rantai roti, memperkenalkan brand kopi instan Starbucks dan mengembangkan variasi menu. Strateginya berhasil dan pada tahun 2012 Starbucks telah pulih secara finansial.
Editor: Jeanny Aipassa