Kurangi Porsi, Ini Deretan Saham yang Dikoleksi BP Jamsostek
JAKARTA, iNews.id - BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) berencana mengurangi porsi saham dalam portofolio investasi pengelolaan Jaminan Hari Tua (JHT). Lembaga tersebut diketahui cenderung mengoleksi saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip.
Direktur Utama BP Jamsostek, Anggoro Eko Cahyono mengatakan, porsi saham dan reksa dana mencapai 23,8 persen dari nilai investasi JHT yang dikelola. BP Jamsostek Porsi ini bakal dikurangi dan dialihkan ke instrumen investasi lain.
"Kami lihat strateginya bisa melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi atau investasi langsung, sehingga secara perlahan nanti kami akan rekomposisi aset yang ada untuk meminimalisir risiko pasar yang terjadi seperti saat ini," kata Anggoro saat rapat dengar pendapat (RDP) di Gedung DPR, Selasa (30/3/2021).
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2019 yang diaudit, dana investasi BP Jamsostek untuk JHT sebesar Rp312 triliun atau 74 persen dari total dana kelolaan. Pada periode tersebut, imbal hasil (return) investasi mencapai Rp29 triliun.
Adapun komposisi investasi BP Jamsostek terbesar ada di obligasi sebesar 65 persen. Lalu kedua ada di saham 14 persen dan terakhir di deposito sebesar 12 persen.
Lalu apa saja saham-saham yang dikoleksi BP Jamsostek? Pada 2019, nilai investasi BP Jamsostek di saham sebesar Rp4,6 triliun dengan rincian pihak berelasi (BUMN) Rp1,7 triliun dan pihak ketiga (nonBUMN) Rp2,9 triliun.
Berikut daftar kode saham plus biaya perolehan dikutip dari laporan keuangan 2019:
BUMN
1. ANTM Rp179 miliar
2. BMRI Rp216 miliar
3. BBNI Rp135 miliar
4. BBRI Rp196 miliar
5. BBTN Rp70 miliar
6. JSMR Rp40 miliar
7. KRAS Rp37 miliar
8. PGAS Rp465 miliar
9. SMGR Rp126 miliar
10. PTBA Rp12 miliar
11. TLKM Rp193 miliar
12. TINS Rp4 miliar
13. WIKA Rp35 miliar
Non BUMN
1. ADRO Rp3 miliar
2. AALI Rp44 miliar
3. ASII Rp201 miliar
4. BBCA Rp126 miliar
5. BSDE Rp5 miliar
6. ITMG Rp94 miliar
7. ICBP Rp60 miliar
8. INDF Rp47 miliar
9. KLBF Rp95 miliar
10. LSIP Rp79 miliar
11. SIMP Rp28 miliar
12. UNVR Rp236 miliar
13. UNTR Rp93 miliar
14. INCO Rp113 miliar
Editor: Rahmat Fiansyah