Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Investasi di Jakarta Tembus Rp204 Triliun, Jadi Daya Tarik Ekonomi Nasional
Advertisement . Scroll to see content

Liku-Liku Perjuangan Anak Milenial Jakarta Bergaji UMP Bisa Punya Rumah, Modal Nekat

Rabu, 08 Desember 2021 - 20:09:00 WIB
Liku-Liku Perjuangan Anak Milenial Jakarta Bergaji UMP Bisa Punya Rumah, Modal Nekat
Kaum milenial di Jakarta harus berjuang agar bisa mencicil rumah. (Foto: MNC Media)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Siapa bilang generasi milenial tidak bisa punya rumah sendiri? Warga Jakarta ini membuktikan anak milenial juga bisa membeli tempat tinggal sendiri dengan gaji Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2020 sebesar Rp4,2 juta.

Andi (32), menceritakan liku-liku perjuangannya bisa memiliki rumah dengan gaji pas-pasan. Sejak awal, dia memberanikan diri untuk mendapatkan hunian tapak di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Modalnya nekat. Dia mengikhlaskan seluruh gajinya untuk mencicil rumah. 

Warga yang sebelumnya tinggal di Jakarta Selatan ini mengaku baru hampir satu tahun menikah. Setelah berumah tangga, dia dan istri sepakat untuk tinggal di rumah orang tua Andi sementara. Namun, semua berubah seketika mereka dikarunia sang anak. Orang tua Andi yang sudah lanjut usia tidak memungkinkan untuk merawat sang bayi di tengah kesibukan kariernya dan istri.

Keduanya lantas berembuk. Akhirnya Andi sepakat tinggal di rumah orang tua istri atau mertuanya di Bekasi Timur sampai mereka memiliki uang muka atau Down Payment (DP) untuk membeli rumah. Setahun berjalan, mereka akhirnya mencari rumah yang tidak jauh dari rumah mertua. Tujuannya agar bisa meminta tolong mengawasi sang bayi selama mereka kerja.

Kurang lebih sekitar 7 kilometer dari rumah mertua, Andi yang sehari-hari bekerja di kawasan Jakarta Pusat tertarik dengan rumah klaster seharga Rp400 juta dengan tipe 36 di atas lahan seluas 72 meter persegi. Booking fee pun dibayarkan sebagai tanda beli.

"Kalau DP 30 persen cicilan sekitar Rp5 juta, gaji joint income hanya Rp8 juta. Aturan bank itu cicilan maksimal 30 persen dari joint income. Ah coba bikin rekening fiktif," kata pria berbadan tegap itu.

Rekening fiktif pun dibuat Andi yang mendapat dukungan dari sang sales perumahan. Pendapatannya dibuat sekitar Rp12 juta. Namun sayang, biaya pembuatan rekening yang menghabiskan uang pribadinya sebesar Rp3 juta itu ditolak oleh perbankan lantaran tidak sesuai aslinya.

Karena kepalang tanggung, Andi terus melangkah untuk mencari uang muka tambahan yang menjadi satu-satunya solusi melangsungkan akad Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di perbankan.

"Bangunan rumah sudah hampir jadi dan harus sudah akad. Kalau cicilan sekitar Rp3 juta itu harus DP Rp100 juta berikut BPHTB. Uang baru ada Rp60 juta," katanya.

Andi terus mencari hingga akhirnya dalam satu bulan dia bisa mendapatkan tambahan sekitar Rp30 juta. Entah bagaiamana caranya. Terpenting kata dia, tidak merampok atau melakukan kriminal dalam mendapatkan uang itu.

"Nekat dah tuh akad dengan cicilan Rp3 juta. Gaji cuma Rp4 juta. Sisanya buat istri. Istri memang kerja, tapi kalau urusan rumah saya komitmen untuk tidak membebani keuangan dia," katanya.

Perjuangan Andi belum berakhir demi melunasi cicilan rumah. Namun, dia mengucap syukur. Meskipun sudah hampir dua tahun ini gajinya habis dialihkan untuk membayar cicilan rumah, dia tetap bisa melanjutkan hidup bersama keluarga kecilnya. Dia juga tidak membebani orang terdekatnya. 

Baca pembahasan mengenai Hunian Milenial dan Gen Z selengkapnya di IDXchannel.com melalui link berikut https://www.idxchannel.com/tag/hunian-milenial

Editor: Maria Christina

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut