Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bertemu 45 Menit, Luhut: Prabowo Gembira Negosiasi Tarif dengan AS akan Rampung
Advertisement . Scroll to see content

Luhut: RI Bukan Negara Second Class, Kita Great Country Bisa Selesaikan Masalah Sendiri

Sabtu, 04 Desember 2021 - 09:50:00 WIB
Luhut: RI Bukan Negara Second Class, Kita Great Country Bisa Selesaikan Masalah Sendiri
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sebut Indonesia bukan negara second class, tapi great country yang bisa selesaikan masalah sendiri. (foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia adalah negara besar, bukan second class. Karena itu, dia meminta masyarakat Indonesia untuk bangga menjadi warga negara Indonesia (WNI).

"Kita harus bangga jadi orang Indonesia. Kita bukan negara second class, kita great country yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Jangan pernah mau dilecehkan orang lain," kata dia dalam keterangannya, dikutip Sabtu (4/12/2021). 

Sebagai contoh Indonesia negara besar yang bisa menangani masalahnya sendiri adalah mampu menanggani penyebaran Covid-19 dan ekonominya tetap tumbuh. Padahal beberapa negara justru kesulitan menghadapi masalah yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19. Karena itu, dia berpesan kepada calon investor agar tidak takut menanamkan investasinya di Indonesia. 

“Kita mampu menangani pandemi ini dengan baik. Negara kita adalah negara yang baik. Saya berjanji kalau kalian investasi di sini, kita akan menjaganya,” ujarnya. 

Bahkan, pandemi Covid-19 membuat Indonesia menjadi bangkit dan mulai mengurangi ketergantungan pada impor, terutama alat kesehatan. Padahal, sebelumnya impor alat kesehatan cukup tinggi.  

“Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks, sedangkan produk ekspor sangat terbatas. Kita punya segalanya di negara ini. Tapi, hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah Electrodiagnosis Devices 87 juta dolar AS, Ultrasonic Scanning Devices 70 juta dolar AS, dan Needles, catheters, cannula and more 43 juta dolar AS,” tuturnya. 

Menurutnya, industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar. Karena itu, pemerintah membuka peluang untuk investasi di bidang kesehatan. Dengan dukungan untuk pengembangan industri kesehatan, dia yakin akan mengurangi ketergantungan pada impor.

"Belajar dari pengalaman penanganan pandemi Covid-19, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri kesehatan adalah salah satu area prioritas untuk investasi," ujarnya. 

Pemerintah pun telah melakukan kerja sama dengan tiga perusahaan alat kesehatan, yaitu PT Tawada Healthcare  dalam pengadaan dan pemanfaatan lahan untuk sarana produksi alat kesehatan dalam negeri, PT Siemens Healthineers dalam bidang pendidikan dan alih teknologi alat Kesehatan, dan PT Binabakti Niagaperkasa kerja sama di bidang alih teknologi alat kesehatan. 

Kerja sama ini akan bernilai sekitar Rp110 miliar. Penandatanganan Letter of Intent (LOI) dengan tiga perusahaan ini adalah tindak lanjut dari kegiatan klarifikasi dan konfirmasi investasi alat kesehatan di Indonesia pada 22-23 November 2021 dalam rangka mewujudkan kemandirian alat kesehatan di Indonesia. 

Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang telah nyata menjalankan produksi alat kesehatan di Indonesia. Selain perusahaan-perusahaan tersebut, diharapkan masih ada sekitar 30-an perusahaan lagi yang segera menyusul untuk berinvestasi dan melaksanakan produksi alat kesehatannya di Indonesia. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut