Marak Belanja Online, Louis Vuitton hingga Volvo Jualan via Line di Thailand
BANGKOK, iNews.id - Berbagai merek fesyen hingga mobil mewah di Thailand telah beralih menjual produk melalui aplikasi obrolan asal Jepang, Line di tengah pandemi Covid-19. Hal itu seiring perubahan pola perilaku pembeli akibat pembatasan aktivitas, meskipun Negeri Gajah Putih itu tergolong berhasil menangani Covid-19.
Merek terkenal seperti Louis Vuitton, Chanel hingga Volvo termasuk di antara produk yang kini memiliki akun resmi di aplikasi Line, sehingga orang-orang di sana cukup bertransaksi dari rumah mereka. Diketahui, Line mengungguli WhatsApp, Facebook dan aplikasi media sosial sejenis lainnya di Thailand, terlebih untuk saling terhubung selama pandemi Covid-19.
"Kategori barang mewah terpaksa beradaptasi dengan kondisi baru saat ini, karena memang toko mereka terpaksa tutup, selama pandemi penjual menjadi sangat aktif," ujar kepala komersial Line di Thailand, Norasit Sitivechvichit dikutip dari Reuters pada Jumat (9/10/2020).
Thailand, sejak awal tahun memberlakukan jam malam secara nasional dan menutup mal selama hampir dua bulan untuk menekan kasus infeksi. Dampak hal tersebut, Line yang membebankan biaya kepada penjual untuk mengirim pesan promosi dan siaran streaming mengatakan, pengguna aktif bulanan di Thailand tumbuh dari 44 juta menjadi 47 juta tahun ini, pasar terbesar kedua setelah Jepang.
“Volvo berhasil menjual banyak mobil di platform tersebut dan terus mempelajari data pelanggan. Kami memiliki pemahaman tentang model mana yang mereka miliki saat ini, mana yang diminati dan kapan mereka berencana mengganti mobil baru,” kata kepala pemasaran dan digitalisasi Volvo di Thailand, Jean-David Harel.
Perdagangan via media sosial memang sangat populer di Thailand, di mana sebagian besar pedagang menjual langsung ke pelanggan melalui platform seperti Line, Instagram, dan Facebook. Line tahun lalu memperkenalkan fitur baru bagi pedagang untuk mengatur inventaris dan keperluan toko online, yang sekarang telah memiliki lebih dari 50.000 pedagang baru.
Editor: Ranto Rajagukguk