Masuk Daftar Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia, Ini Kata Dirut Pertamina
JAKARTA, iNews.id - Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati kembali masuk dalam 100 Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia (Most Powerful Women International) versi Majalah Fortune. Nicke menempati peringkat ke-17.
Sementara CEO perempuan yang menempati posisi pertama adalah Emma Walmsley, selaku CEO GlaxoSmithKline. Di peringkat ketiga CEO Ping An Group Jessica Tan, CEO Banco Santander Ana Botin di epringkat ketiga, dan Shemara R Wikramanayake selaku CEO Macquarie Group Ltd di peringkat keempat.
Sedangkan di bawah Nicke, di antaranya Hanneke Faber, President Global Foods & Refreshment Unilever (23), Hilde Merete Aasheim, CEO Norsk Hydro (24), Alexandra Keith, CEO P&G (37), dan Helen Wong, CEO OCBC NISP (41).
Majalah Fortune Internasional mengakui prestasi Nicke Widyawati sebagai pimpinan tertinggi perusahaan energi di Indonesia telah terbukti dengan kemampuannya melewati tantangan triple shock, yakni jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar yang dialami Pertamina selama pandemi 2020. Fortune menilai, ketiga faktor tersebut telah menurunkan pendapatan dan laba Pertamina, namun pada paruh pertama 2021, di bawah kepemimpinan Nicke, Pertamina menunjukkan kondisi lebih baik dengan mencapai target produksi migas.
Majalah Fortune menyatakan, Nicke terus mendukung transisi energi Indonesia dengan membangun portofolio Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk memberikan energi bersih bagi negara di masa depan.
“Pengakuan ini merupakan bukti nyata besarnya kepercayaan internasional terhadap Pertamina yang terus bergerak mengantisipasi transisi energi,” kata Nicke di Jakarta, Senin (11/10/2021).
Selama kepemimpinannya di Pertamina, dia mengaku telah mencanangkan dan fokus menjalankan transisi energi dan langkah dekarbonisasi pada operasional perusahaan dari hulu hingga hilir. Hal ini sejalan dengan penilaian atas implementasi aspek Environment, Social & Governance (ESG) Pertamina yang mengalami peningkatan signifikan dari skor 41,6 atau termasuk kategori Several Risk (Februari 2021) menjadi 28,1 (Medium Risk) pada September 2021. Perbaikan score tersebut telah menempatkan Pertamina di peringkat 15 perusahaan di industri dan peringkat 8 Sub-Industri Migas dunia.
Nicke menuturkan, posisi Pertamina sebagai perusahaan yang termasuk kategori medium dalam implementasi ESG juga disandang oleh perusahaan global Repsol, ENI, PTT Public Co, dan TotalEnergies. Posisi tersebut berada di atas, Royal Ducth Shell, BP, Exxon Mobil yang masih terkategori High Risk dan Chevron, Petrobras dan Petronas yang dinilai masuk kategori Severe Risk.
Peringkat tersebut meningkat dengan adanya langkah-langkah terencana Pertamina dalam aksi penyelamatan iklim dan transisi energi menuju net zero, yakni dekarbonisasi operasional, bentuk portofolio untuk investasi pertumbuhan hijau, serta percepatan inovasi dan pertumbuhan hijau.
“Bersama seluruh manajemen dan pekerja Pertamina, saya akan memastikan seluruh inisiatif strategis untuk mewujudkan green transition terus berlanjut dan mampu mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca antara 29 – 41 persen pada 2030,” ujarnya.
Editor: Jujuk Ernawati