McDonald's Ditutup, Erick Thohir Ingin Sarinah Berpihak pada Merek Lokal

JAKARTA, iNews.id - PT Rekso Nasional Food selaku pemiliki jaringan waralaba makanan siap saji McDonald's di Indonesia akan menutup cabang di Sarinah. Penutupan itu dilatarbelakangi transformasi bisnis PT Sarinah (Persero), termasuk renovasi gedung.

Menteri BUMN Erick Thohir ingin renovasi Gedung Sarinah bukan hanya sekadar menyegarkan tampila fisik, namun juga harus diubah sesuai dengan jati diri bangsa.

Baca Juga

Purbaya Tak Ingin APBN Tanggung Utang Whoosh

Erick mengingatkan Sarinah merupakan proyek Presiden ke-1 RI, Soekarno sehingga memiliki nilai sejarah yang menunjukkan keberpihakan pada rakyat kecil.

"Sarinah sebuah project yang diciptakan Pak Soekarno yang luar biasa. Sarinah hari ini harus ada Sarinah ke depan. Karena itu Pak Jokowi sendiri bersama saya mendiskusikan bagaimana supaya konsep ritel ini lebih friendly kepada Indonesia, artinya keberpihakan pada merek lokal dan hasil UKM yang dikuratorkan," kata Erick, Sabtu (9/5/2020).

Baca Juga

Berdiri sejak 1991, Ini Alasan McDonald’s Sarinah Tutup Selamanya

Dia ingin Sarinah kembali pada khitahnya dengan menjaga keutuhan warisan Pendiri Bangsa namun tetap dengan kemasan kekinian yang menjanjikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.

Corporate Secretary Sarinah, Haslinda Triekasari menambahkan, gedung yang telah berusia lebih dari setengah abad ini sudah saatnya direnovasi. Ini supaya struktur gedung tetap kokoh terkait keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup.

"Sebenarnya rencana renovasi sudah lama dicanangkan, namun baru saat ini mulai digulirkan," katanya.

Terkait tutupnya McDonald's, Haslinda mengatakan, Sarinah merupakan landmark yang sentimental, terutama bagi generasi milenial. Namun, dia menilai Sarinah juga memiliki nilai historis bagi generasy baby boomer.

"Inilah nilai Sarinah yang ingin dibangun, sebagai retail unggulan bangsa yang menawan dan berdaya pikat tinggi, tidak saja bagi konsumen, karyawan, manajemen namun kepada seluruh masyarakat Indonesia," katanya.

Editor: Rahmat Fiansyah