Mendag Beberkan Penyebab Harga Cabai, Bawang hingga Daging Ayam yang Sempat Mahal
JAKARTA, iNews.id - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) membeberkan penyebab harga cabai, bawang hingga daging ayam yang sempat mahal. Menurutnya, itu karena petani mengalami gagal panen komoditas tersebut.
Dia menyampaikan hal itu saat Live Instagram dengan selebgram Tante Lala. Sebelumnya, Tante Lala bertanya lebih dahulu penyebab harga cabai dan bawang yang sempat mahal di pasaran.
"Kemarin bawang merah Rp80.000 per kg, sekarang sudah Rp30.000-35.000 per kg. Memang kemarin itu kan musim hujan, jadi gagal panen. Kalau bawang itu sesuai musim, cabai juga begitu. Nah kemarin cabainya musim panennya juga gagal, sehingga harganya sampai Rp130.000 per kg," kata Zulhas dikutip dari akun Tante Lala di Instagram, Rabu (10/8/2022).
Dia menjelaskan, dalam siklus panen cabai dalam setahun memang mengalami gagal panen. Akibatnya, kenaikan harga tidak bisa dihindari.
"Dalam setiap setahun sekali, cabai pada gagal panen. Itu musimnya. Jadi dalam setahun itu, sebulan-dua bulan memang agak mahal. Jadi ibu-ibu mohon pengertiannya, petani itu delapan bulan kadang-kadang rugi, sebulan dua bulan untung. Diikhlaskan sebulan harganya mahal. Tapi habis itu kan turun lagi, murah lagi," tuturnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, saat ini bawang merah, cabai keriting, cabai hijau, cabai merah besar, dan cabai rawit sudah panen sehingga harganya mulai turun.
"Tapi belum panen raya ya, sekarang (harga) sudah turun, cabai di kisaran Rp70.000-75.000 per kg," ucap Zulhas.
Sementara mengenai harga daging ayam yang juga sempat ikut melonjak, menurutnya. dampak dari perang antara Rusia-Ukraina.
"Kemarin juga kenapa sih harga daging ayam mahal? Karena ada pengaruh perang Rusia-Ukraina sehingga energi mahal, bahan pangannya juga naik tinggi. Kemarin harga daging ayam sempat Rp56.000 per kg, tapi sekarang sudah Rp38.000 per kg," tuturnya.
Sementara telur yang sempat Rp32.000 per kg, sekarang sudah Rp27.000-28.000 per kg.
"Kalau beras stabil," kata Zulhas.
Editor: Jujuk Ernawati