Menko Airlangga: Indonesia Punya Bonus Demografi yang Mendukung Ekonomi Digital Berkelanjutan
JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, mengatakan Indonesia memiliki bonus demografi yang mendukung pembentukan ekonomi digital berkelanjutan.
Menurut dia, bonus demografi tersebut, terutama pada penduduk Indonesia dari generasi Z dan milenial (usia 8-39 tahun) yang memiliki tingkat adopsi digital tinggi.
Selain itu, terdapat 37 persen konsumen baru ekonomi digital yang muncul selama pandemi Covid-19 dan 93 persen di antaranya akan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital pasca pandemi Covid-19.
"Peran dari para anak muda yang termasuk Generasi Z dan Milenial dalam era digital ini antara lain sebagai talenta digital, wirausahawan digital, ataupun konsumen potensial dari produk-produk domestik," kata Airlangga Hartarto, dalam acara The 1st International Conference on Humanities and Social Sciences (ICHSS) 2021, Selasa (26/10/2021).
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh President University secara virtual, dengan mengambil tema “The Opportunities of Crisis: International Experiences and Best Practices in the Time of Covid-19 and Beyond in Society 5.0”.
Menko Perekonomian mengatakan, rasio wirausaha di Indonesia yang didominasi oleh pengusaha milenial (25-34 tahun) masih rendah, yakni 3,30 persen di 2019 dan 3,47 persen di 2020. Sehingga perlu didorong untuk ekosistem digital berkelanjutan.
Dia menjelaskan, pemerintah juga telah berupaya mengakselerasi pembentukan talenta digital dan pengembangan ekonomi digital, antara lain dengan membangun infrastruktur seperti akses internet 5G dan data center, dan melakukan pelatihan melalui Program Kartu Prakerja dan Digital Leadership Academy.
Selain itu, mengeluarkan regulasi UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya, mengembangkan ekosistem UMKM digital, serta menyediakan fasilitas pembiayaan untuk membantu perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi digital.
Indonesia pun harus siap menghadapi perubahan menjadi Society 5.0, di mana sejumlah besar informasi dari sensor wilayah fisik diakumulasikan ke dalam wilayah maya (cyberspace).
Dalam cyberspace, big data dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasilnya akan dikembalikan ke wilayah fisik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Kuncinya adalah tetap kita harus membangun talenta digital dan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat umum,” ungkap Menko Airlangga.
Dia menambahkan, semua pemangku kepentingan mempunyai peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dan ekosistem digital, termasuk dari Lembaga Pendidikan Tinggi atau Universitas.
“Kita menggunakan konsep pentahelix yang di dalamnya terdapat unsur Pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media. Di sini, Pemerintah menjadi fasilitator juga regulator, sementaraakademisi menjadi pencetus kurikulum kewirausahaan yang bagus, dan pendorong penciptaan lebih
banyak lagi perusahaan start-up yang dimulai dari inovasi mahasiswa,” ujar Menko Airlangga.
Dia mengungkapkan, pergeseran perilaku masyarakat ke arah ekonomi digital di masa pandemi, menjadi peluang untuk akselerasi transformasi digital di berbagai sektor ekonomi yang akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas ekonomi digital di Indonesia yang terus meningkat, bahkan 41,9 persen total transaksi ekonomi digital ASEAN selama 2020 berasal dari Indonesia yang mencapai US$44 miliar, dan di 2025 diproyeksikan mencapai US$124 miliar,” tutur Menko Airlangga.
Hal itu, lanjutnya, terlihat dari teknologi digital digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis, seperti fintech, e-commerce, layanan kesehatan/pendidikan/transportasi online, maupun Internet of Things (IoT). Khusus untuk layanan kesehatan dan pendidikan diprediksi akan menjadi sangat besar kontribusinya dalam ekonomi digital ke depannya.
“Namun, untuk sekarang, e-commerce adalah sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Sebanyak 72,73 persen dari total transaksi ekonomi digital di Indonesia berasal dari ecommerce. Pada 2020, nilai e-commerce mencapai US$32 miliar, dan diproyeksikan akan mencapai US$83 miliar di 2025,” papar Menko Airlangga.
Editor: Jeanny Aipassa