Nekat IPO Meski Rugi Rp2,5 Triliun, Blibi Sampaikan Komitmen Berikut Ini
JAKARTA, iNews.id - PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli menyampaikan komitmen mengoptimalkan sinergi 3 bisnisnya untuk mendatangkan keuntungan. Hal itu, yang mendasari Blibli melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) meskipun masih mencatat kerugian Rp2,5 triliun.
Komitmen tersebut, disampaikan CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto, dalam Market Buzz IDX Channel, Rabu (26/10/2022).
"Kami berkomitmen penuh. Salah satu alasan kami mau melantai di bursa supaya transparansi lebih bagus dan akuntabilitas lebih jelas, serta memastikan sinergi dari tiga bisnis utama kami, yang saat ini potensinya masih luar biasa,” kata Kusumo.
Dalam prospektus IPO yang dirilis, Blibli masih mencatatkan rugi sebesar Rp2,5 triliun pada semester I 2022. Sedangkan pendapatan yang dibukukan mencapai Rp6,7 triliun pada periode Juni 2022 atau naik 123 persen dibandingkan periode yang sama dari tahun lalu yang sebesar Rp2,9 triliun.
Kusumo menjelaskan, secara keseluruhan pertumbuhan penjualan perseroan lebih cepat jika dibandingkan pertumbuhan pasar. Selain itu, perseroan juga terus berupaya untuk memperbaiki produk dan layanannya.
“Kalau dilihat dari tahun ke tahun, secara persentase atasnya makin bagus. Bukan hanya penjualan, tapi juga revenue. Kami semakin menunjukkan kinerja yang sangat bagus,” ujar Kusumo.
Seiring dengan IPO, lanjutnya, perseroan akan fokus mengembangkan tiga bisnis utama perseroan yakni, Blibli, Tiket.com dan Ranch Market. Dengan demikian, kinerja perseroan diyakini akan semakin meningkat.
Perseroan optimistis akan mencapai profitabilitas dalam waktu singkat usai melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Kusumo menegaskan, Blibli akan terus memperbaiki kinerja dan bertumbuh secara sehat, profitable dan berkelanjutan.
Dia mengungkapkan, meski dalam kondisi pandemi Covid-19, perseroan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Hal ini ditopang oleh bisnis model perseroan yakni, bussiness to customer (B2C) yang secara margin atau take rate lebih tinggi, dibandingkan model bisnis customer to customer (C2C) atau open marketplace.
Dia memaparkan, Blibli memiliki strategi yang berbeda dengan perusahaan di bidang serupa. Ia menyebut, Blibli mengutamakan kepercayaan dengan mencari produk yang asli dan berkualitas, serta model bisnis omni channel baik secara offline maupun online yang terintegrasi.
Seperti diketahui Blibli menawarkan sebanyak 17,77 miliar saham atau sebesar 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor dalam IPO. Dengan harga penawaran awal Rp410 hingg Rp460, perseroan mengincar dana jumbo sebesar Rp8,17 triliun.
Perseroan akan menggunakan sekitar Rp5,50 triliun dari dana hasil IPO untuk pembayaran seluruh saldo utang fasilitas perbankan. Adapun, rincian pembayaran utang yakni sebesar Rp2,75 triliun kepada PT Bank Central Asia Tbk dan sebesar Rp2,75 triliun dibayarkan kepada PT Bank BTPN Tbk.
Sementara, sisanya akan digunakan Blibli dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan. Sekitar 57 persen dana IPO akan digunakan oleh perseroan, dan 43 persen lainnya akan digunakan oleh entitas anak perseroan yakni PT Global Tiket Network (GTNe).
Blibli dijadwalkan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BELI pada 7 November 2022 mendatang. Perseroan menawarkan sebanyak 17,77 miliar saham atau sebesar 15,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga penawaran awal Rp410 hingga Rp460, perseroan mengincar dana jumbo sebesar Rp8,17 triliun.
Editor: Jeanny Aipassa