Nielsen: Makin Tidak Loyal, Konsumen Indonesia Kini Tertarik Mencoba Merek Baru
JAKARTA, iNews.id - Ketidaksetiaan (disloyalty) konsumen Indonesia terhadap suatu merek tengah meningkat. Mereka kini tertartik untuk mencoba merek-merek baru.
Hal tersebut terungkap dalam studi Global Consumer Loyalty Nielsen yang menyatakan, konsumen di seluruh dunia, termasuk Indonesia mulai aktif mencari merek-merek baru.
"Hanya 8 persen orang yang menganggap diri mereka sebagai loyalis yang berkomitmen pada merek favorit mereka," kata Yudi Suryanata, Executive Director Consumer Insight Nielsen Indonesia melalui keterangan resmi, Senin (19/8/2019).
Menurut Yudi, kondisi ini terjadi lantaran pendapatan masyarakat di negara-negara berkembang mulai meningkat di samping kualitas produk baru yang mulai membaik. Di Indonesia, sebanyak 38 persen konsumen mengaku suka mencoba hal-hal baru.
"Setengah atau 50 persen dari konsumen meski lebih memilih untuk tetap dengan apa yang sudah mereka kenal, dapat pindah merek untuk coba-coba," tuturnya.
Yudi mengatakan, keinginan konsumen untuk mencoba hal-hal baru, baik produk maupun merek sudah terjadi sejak lama. Yang membedakan yaitu karakter media komunikasi pemasaran yang dikontrol oleh para pemilik merek.
“Dulu para pemasar lebih memiliki kekuasaan untuk mengontrol apapun yang ingin mereka komunikasikan kepada konsumen. Di zaman sosial media seperti saat ini, kita tidak pernah sadar berapa banyak haters merek kita yang ada di luar sana," ujar dia.
Pesatnya perkembangan media sosial membuat komunikasi atas merek bersifat dua arah, sehingga kredibilitas merek yang sudah mapan diuji. Meski begitu, Yudi menilai ketidakloyalan konsumen bukan berarti mereka tidak suka dengan merek tersebut.
"Hanya saja ketidaksetiaan itu terjadi karena merek lain menawarkan proposisi yang lebih menarik," ucapnya.
Kategori produk di mana konsumen berpotensi untuk berganti merek yaitu cokelat dan biskuit (53 persen), jus buah (47 persen), roti dan makanan (47 persen), pembersih rumah tangga (43 persen), serta sampo dan kondisioner rambut (33 persen).
Editor: Rahmat Fiansyah