Novavax Bakal PHK 400 Karyawan demi Pangkas Pengeluaran
NEW YORK, iNews.id - Perusahaan pengembang vaksin Amerika Serikat (AS), Novavax bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 25 persen atau 400 karyawan. Hal ini dilakukan untuk memangkas pengeluaran perusahaan.
Mengutip CNN Business, perusahaan yang berbasis di Maryland itu menyebut akan fokus memperbarui vaksin Covid-19 untuk musim gugur. Hal ini terkait dengan perjanjian dengan pemerintah AS yang akan memodifikasi hingga 1,5 juta dosis tambahan vaksin Covid untuk pengiriman tahun ini.
“Mengurangi tenaga kerja kami merupakan keputusan yang sulit, tetapi kami yakin perlu untuk lebih menyelaraskan infrastruktur dan skala kami dengan peluang endemik Covid,” ujar CEO Novavax, John Jacobs dikutip, Rabu (10/5/2023).
Selain itu, perusahaan berencana untuk mengurangi biaya yang lebih luas, mencakup langkah-langkah untuk mengkonsolidasikan fasilitas dan infrastruktur. Cara ini akan memangkas biaya sebesar 40-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Langkah-langkah pemotongan biaya perusahaan dilakukan kurang dari seminggu setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid bukan lagi darurat kesehatan global, meskipun para ahli mengatakan AS belum sepenuhnya keluar dari masalah tersebut.
Darurat kesehatan masyarakat AS akan berakhir pada 11 Mei mendatang, sekaligus menandakan masyarakat Amerika harus mulai membayar sendiri untuk pengujian dan perawatan Covid-19.
Novavax merupakan perusahaan terbaru yang melakukan PHK karyawan untuk memotong biaya karena perusahaan bersiap menghadapi kemungkinan resesi dan mengurangi tenaga kerja mereka setelah perekrutan besar-besaran di era pandemi.
Saham Novavax melonjak sekitar 30 perseb pada penutupan perdagangan, Selasa (9/5/2023), setelah perusahaan meluncurkan data vaksin baru yang menjanjikan dan rencana pemotongan biaya yang luas mencakup PHK besar-besaran.
Saham Novavax ditutup di level 9,52 dolar AS per saham. Harga saham perusahaan turun lebih dari 7 persen sepanjang tahun ini dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 821 juta dolar AS.
Editor: Aditya Pratama