Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : G20 Sepakat Lanjutkan Pembahasan Pajak Baru untuk Orang Super Kaya
Advertisement . Scroll to see content

Orang Super Kaya Kini Tidak Lagi Koleksi Barang Mewah, Ini Penyebabnya

Kamis, 29 November 2018 - 14:56:00 WIB
Orang Super Kaya Kini Tidak Lagi Koleksi Barang Mewah, Ini Penyebabnya
CEO & Founder Facebook, Mark Zuckerberg. Selama ini, Mark dikenal sosok yang sederhana. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

NEW YORK, iNews.id - Mobil Bugatti, tas Louis Vitton, atau jam tangan Rolex selama ini identik dengan koleksi orang-orang super kaya (ultra high net worth). Namun, tren tersebut kini sudah berubah.

Dilansir Business Insiders, Kamis (29/11/2018), orang-orang super kaya ogah memamerkan kekayaannya di hadapan publik. Di era konsumsi massal seperti sekarang ini, barang-barang mewah tersebut tidak lagi menjadi simbol eksklusif orang-orang super kaya. Kelas menengah kini bisa mempunyai barang-barang tersebut.

Penulis sekaligus Profesor di University of Southern California, Elizabeth Currid-Halkett mengatakan, sejak 2007, 1 persen orang paling terkaya di AS mengurangi belanja barang-barang fisik. Mereka kini lebih tertarik belanja pada hal-hal yang imateriel (nonfisik), bukan materiel (fisik).

Elizabeth menyebut, konsep imateriel sebagai "incospicuous consumption." Konsep tersebut berlawanan dengan "conspicuous consumption" yang menjadikan materi sebagai simbol atas status sosial. Konsep ini diambil Elizabeth dari "The Theory of Leisure Class" milik Thorstein Veblen.

Menurut Elizabeth, pamer kekayaan bukan lagi gaya orang-orang super kaya. Tren ini tidak hanya terjadi di lingkungan jutawan dan miliarder, namun juga kelompok masyarakat yang disebut Elizabeth sebagai "aspirational class."

"Kelompok elite baru ini memperkuat status sosialnya lewat pengetahuan dan membangun modal budaya, termasuk kebiasaannya dalam menghabiskan sesuatu. Mereka menghindari gaya hidup materialisme dan berinvestasi lebih banyak pada pendidikan, pensiun, dan kesehatan, yang tentu immateriel, dan lebih mahal dari tas apapun yang mampu dibeli kelas menengah," tutur Elizabeth.

Belanja barang-barang imateriel ini dinilai akan semakin mempercepat mobilitas sosial orang-orang super kaya untuk meninggalkan kelas menengah. Gaya konsumsi ini, kata dia, diabaikan oleh kelas menengah sehingga menjadi eksklusif dan mewah bagi orang-orang super kaya.

"Menunjukkan pengetahuan seperti merujuk pada artikel New Yorker, menunjukkan modal budaya ini, memberikan seseorang untuk menapaki tangga sosial dan membuat koneksi. Pendeknya, konsumsi barang imateriel mempercepat mobilitas sosial," tulis Elizabeth.

Salah satu bentuk konsumsi kelas super kaya ini yaitu orang tua membelikan perawatan kesehatan penuh pada anak-anak mereka, mengajak mereka pada perjalanan ke Galapagos, dan yang paling penting membekali mereka dengan pendidikan, mulai dari tingkat prasekolah hingga kampus.

Pada 2014, 1 persen orang kaya AS menghabiskan 860 persen biaya pendidikan lebih banyak dari rata-rata pengeluaran masyarakat AS untuk pos yang sama. Mereka, kata Elizabeth, memberikan investasi besar bagi pendidikan untuk memastikan anak-anak mereka akan sukses dan memiliki koneksi yang luas.

Studi Elizabeth itu diperkuat dengan analisis Kolumnis Financial Times, Simon Kuper yang menyebut, kelompok elite saat ini menghabiskan lebih sedikit untuk produk kecantikan, namun lebih banyak untuk olahraga karena mereka berpikir tubuh, layaknya makanan, harus terlihat alami.

"Tubuh yang langsing menunjukkan cara pandang kelompok ini, bahkan hiburan harus tetap produktif," ucap Kuper.

Dia menambahkan, orang-orang super kaya juga berinvestasi untuk kesehatan, termasuk keanggotaan klub fitnes untuk simbol status sosial mereka.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut