Oxfam: Harta Orang Terkaya Dunia Bertambah Rp37 Triliun Setiap Hari
DAVOS, iNews.id - Organisasi nirlaba asal London, Oxfam menyebut tingkat kesenjangan di dunia belum teratasi. Pasalnya, jumlah harta orang-orang kaya bertambah sangat cepat.
Dikutip dari CNBC, Senin (21/1/2019), lewat laporan berjudul "Public Good or Private Wealth" yang diumumkan saat pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF), lembaga tersebut menyatakan, harta miliarder sepanjang tahun lalu bertambah 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp37 triliun setiap harinya.
Angka itu naik 12 persen dibandingkan tahun 2017. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan 50 persen masyarakat dunia terrbawah yang mana kekayaan kelompok ini turun 11 persen.
Oxfam menyebut, pemerintah ikut berperan memperlebar kesenjangan karena belanja publik semakin kecil sementara korporasi dan orang kaya menikmati insentif pengurangan pajak. Di satu sisi, pada tahun lalu muncul miliarder dengan aset minimal 1 miliar dolar AS setiap dua hari sekali. Di sisi lain, besaran pajak yang mereka bayar berada di level terendah dalam sepuluh tahun terakhir.
Untuk itu, Oxfam mendorong agar pemerintah menaikkan pajak. Dalam laporan itu disebutkan, dengan menaikkan tarif pajak 0,5 persen terhadap 1 persen orang terkaya dunia, uang tersebut cukup untuk memberi akses pendidikan 262 juta anak-anak dan kesehatan untuk 3,3 juta jiwa.
"Pemerintah harus segera melakukan perubahan nyata dan memastikan korporasi dan orang-orang kaya membayar pajak yang lebih adil, dan menginvestasikan uang ini untuk kesehatan dan pendidikan gratis untuk semua orang, termasuk kebutuhan ibu dan perempuan yang sering diabaikan," kata Direktur Eksekutif Oxfam International, Winnie Byanyima.
Berdasarkan data Oxfam, sekitar 10.000 orang meninggal setiap hari karena tidak mampu menjangkau akses kesehatan. Anak-anak yang hidup di negara berkembang berpeluang dua kali lipat meninggal lebih cepat sebelum menginjak usia 5 tahun jika mereka lahir di keluarga miskin. Sementara anak-anak orang kaya menghabiskan waktu untuk sekolah dua kali lipat lebih lama dibanding orang miskin.
Editor: Rahmat Fiansyah