Penambang Kripto Diusir dari China, Incar AS hingga Indonesia
SHANGHAI, iNews.id - Para penambang kripto mencari lokasi baru setelah pemerintah China secara tegas melarang perdagangan dan aktivitas penambangan di sana. Tak cuma penambang, produsen mesin penambangan kripto yang menangguhkan penjualan karena harganya jatuh juga mengincar negara lain.
Bitmain, pembuat mesin penambangan uang kripto terbesar di China ini telah menangguhkan penjualan produknya di pasar spot untuk membantu mengurangi tekanan jual menyusul larangan pemerintah China terhadap penambangan Bitcoin. Pasalnya, tindakan tegas China membuat harga mesin penambangan kripto menjadi murah.
Bitmain juga sedang mencari negara baru yang menawarkan pasokan listrik 'berkualitas' alias murah bersama dengan para kliennya yang merupakan para penambang. Beberapa negara incaran tersebut, di antaranya Amerika Serikat, Kanada, Australia, Rusia, Kazakhstan, hingga Indonesia.
Dewan Negara China sebelumnya telah berkomitmen menindak perdagangan dan penambangan Bitcoin pada akhir Mei lalu demi mengendalikan risiko keuangan. Mengikuti seruan pemerintah, pusat penambangan utama kripto di China, seperti Mongolia Dalam, Xinjiang, Yunnan dan Sichuan telah melakukan langkah untuk menghentikan operasi penambangan kripto di wilayahnya.
Setelah larangan tersebut, banyak penambang China menjual mesin dan keluar dari bisnis, atau mengirimkan mesin mereka ke luar negeri.
"Situs penambangan (luar negeri) tidak dibangun dalam semalam, dan tekanan jual sangat besar di pasar sekunder. Untuk membantu kelancaran transisi industri, Bitman memutuskan menangguhkan penjualan mesin Antminer secara global," kata Bitmain dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Minggu (26/6/2021).
Selain AS hingga Indonesia, Bitmain menyatakan, pasar luar negeri yang sedang diincar perusahaan dan penambang China untuk mendapatkan listrik murah, yakni Belarus, Swedia, Norwegia, Angola, dan Kongo.
Editor: Jujuk Ernawati