Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : HM Sampoerna Bukukan Laba Bersih Rp4,5 Triliun hingga Kuartal III 2025
Advertisement . Scroll to see content

Penjualan Starbucks, KFC, dan McDonald's Kompak Turun, Kenapa?

Jumat, 03 Mei 2024 - 15:00:00 WIB
Penjualan Starbucks, KFC, dan McDonald's Kompak Turun, Kenapa?
Sejumlah perusahaan makanan dan minuman seperti Starbucks, Pizza Hut, KFC, dan McDonald's mengalami penurunan penjualan pada kuartal I 2024. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

NEW YORK, iNews.id - Sejumlah perusahaan makanan dan minuman seperti Starbucks, Pizza Hut, KFC, dan McDonald's mengalami penurunan penjualan pada kuartal I 2024. Penurunan penjualan bahkan sempat berpengaruh terhadap harga saham Starbucks yang sempat turun pada hari Rabu sebanyak 17 persen. 

Mengutip CNBC International, Yum, perusahaan induk KFC, Pizza Hut, dan Taco Bell menyampaikan penurunan penjualan. Yum mencatat pendapatannya ambles 3 persen menjadi 1,60 miliar dolar AS. Total pendapatan KFC di Amerika Serikat (AS) merosot 8 persen, dan Pizza Hut anjlok 6 persen. 

Sejumlah perusahaan restoran memberikan alasan lain atas lemahnya penjualan pada kuartal ini. Starbucks menyebut bahwa cuaca buruk menurunkan penjualan di toko. Sementara, Yum mengatakan bahwa badai salju yang terjadi di bulan Januari dan perbandingan dengan kuartal I 2023 sebagai penyebab buruknya kinerja merek-merek tersebut.

Namun alasan tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan lemahnya penjualan secara kuartalan. Sebaliknya, persaingan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih kecil tampaknya semakin ketat karena pengunjung yang masih ingin membeli burger atau minuman dingin menjadi lebih pemilih dengan uang mereka.

Pasalnya, biaya makan di restoran cepat saji meningkat lebih cepat dibandingkan biaya makan di rumah. Harga untuk restoran dengan layanan terbatas naik 5 persen pada bulan Maret dibandingkan periode tahun lalu. Sementara, harga bahan makanan meningkat lebih lambat, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

“Jelas semua orang berjuang untuk mendapatkan lebih sedikit konsumen atau konsumen yang tentunya lebih jarang berkunjung, dan kita harus memastikan bahwa kita memiliki mentalitas berjuang di jalanan untuk menang, terlepas dari konteks di sekitar kita,” ucap CFO McDonald's Ian Borden.

Meski begitu, banyak perusahaan di sektor restoran dan sektor lainnya telah memperingatkan bahwa tekanan konsumen akan terus berlanjut. CEO McDonald’s Chris Kempczinski menyampaikan kepada para analis bahwa kehati-hatian dalam berbelanja juga berlaku di seluruh dunia.

“Perlu dicatat bahwa pada kuartal pertama, lalu lintas industri cenderung menurun di AS, Australia, Kanada, Jerman, Jepang, dan Inggris,” ucap Kempczinski.

Selama berbulan-bulan, para ekonom telah memperkirakan bahwa konsumen akan mengurangi pengeluaran mereka sebagai respons terhadap kenaikan harga dan suku bunga. 

Namun, perlu waktu bagi jaringan restoran cepat saji untuk menyadari bahwa penjualan mereka benar-benar menyusut, meskipun beberapa kuartal sudah ada peringatan kepada investor bahwa konsumen berpendapatan rendah melemah dan konsumen lain mulai beralih dari pilihan yang lebih mahal.

Tidak jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan penjualan rantai makanan cepat saji, meskipun para eksekutif memberikan jadwal dan rencana yang optimistis untuk mengembalikan penjualan ke jalurnya.

Sementara itu, Starbucks menyebut pelanggan sesekali tidak membeli kopi di jaringan tersebut karena mereka menginginkan lebih banyak variasi dan nilai. Selain itu, McDonald’s berencana menciptakan 'value menu' yang akan menarik pelanggan yang hemat. Namun, rencana tersebut menghadapi penolakan dari para pewaralabanya. 

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut